Sabtu, 12 Oktober 2013

Tugas 1 : Penalaran Deduktif

Penalaran Deduktif
    Pengertian penalaran adalah menghubungkan fakta dan data-data menjadi suatu simpulan. Di dalam penalaran terdapat metode yaitu metode deduktif. Dimana pengertiannya sebagai berikut :
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu simpulan yang bersifat khusus. Contoh : Semua makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan. Manusia adalah makhluk hidup. Simpulan : Manusia adalah ciptaan Tuhan.
    Macam-macam penalaran deduktif adalah silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif. Dalam penalaran ini tedapat premis, yaitu proposisi tempat menarik kesimpulan. Untuk penarikan kesimpulannya dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penarikan kesimpulan secara langsung diambil dari satu premis,sedangkan untuk penarikan kesimpulan tidak langsung dari dua premis. Saya akan menjelaskan pengertian dari ketiga silogisme ini :

1. Silogisme kategorik adalah Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek).Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Semua makhluk hidup membutuhkan air ( Premis Mayor )
    MP
Kucing adalah makhluk hidup ( Premis Minor )
    S M
Kucing membutuhkan air ( Konklusi )
    S P
Keterangan :
S = Subyek; P = Predikat M. = Middle term.
Kaedah- kaedah dalam silogisme kategorial adalah :
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
8. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
2. Silogisme Hipotesis : Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.Menurut Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian dengan “ jika …” konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak terjadi.
Konditional hipotesis : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Macam tipe silogisme hipotetik :
a) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: 
Jika hujan , jalanan basah
Sekarang hujan .
Jadi sekarang jalanan basah.
b) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuensinya , seperti :
Bila hujan , bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi hujan telah turun
c) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecendent , seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa , maka kegelisahan akan timbul .
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa ,
Jadi kegelisahan tidak akan timbul
d) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuensinya , seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan , pihak penguasa akan gelisah
Pihak penguasa tidak gelisah
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan
3. Silogisme disjungtif : adalah silogisme yang premis mayornya merupaan keputusan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut premis mayor.Seperti pada silogisme hipotik istilah premis mayor dan premis minor adalah secara analog bukan semestinya.Silogisme ini ada dua macam, silogisme disjungtif dalam arti sempit dan silogisme disjungtif dalam arti luas.
- Silogisme disjungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
Kamu atau saya yang pergi
Kamu tidak pergi
Maka sayalah yang pergi
- Silogisme disjungtif dalam arti luas premis mayornya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti :
Hasan di rumah atau di pasar
Ternyata tidak di rumah
Jadi di pasar

Silogisme disjungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu :
a) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusinya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti : 
Ia berada diluar atau di dalam 
Ternyata tidak berada di luar
Jadi ia berada di dalam

Ia berada di luar atau di dalam 
Ternyata tidak berada di dalam
Jadi ia berada di luar.
b) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti: Budi di masjid atau di sekolah
Ia berada di masjid
Jadi ia tidak berada di sekolah

Budi di masjid atau di sekolah
Ia berada di sekolah
Jadi ia tidak berada di masjid.

ENTIMEN
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan. Umumnya, dalam silogisme ini salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. Contohnya :
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Dara adalah seorang sarjana.
Jadi, Dara adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu "Dara adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana".
Dengan demikian, entimen merupakan silogisme yang diperpendek.

Sumber :http://tedyjindol.wordpress.com
              http://dewifitriastuti.blogspot.com