Jumat, 29 Maret 2013

DUFAN with 2EB01



DO-FUN
Part 2
Lanjut dari wahana happy feet 3D ke wahana perang bintang. Di wahana ini kami mengantri cukup panjang, sambil mengantri kami beristirahat sebentar sambil menikmati snack yang diberikan estin pada kami tadi. Sambil menunggu dan menikmati snack kami juga menyempatkan berfoto-foto disana. Cukup banyak foto yang kami ambil di luar wahana perang bintang. Didalam wahana pun kami sempat mengambil gambar juga walaupun agak sedikit gelap hasilnya padahal sudah memakai blitz kamera. Yang membawa kamera hanya yusri (asooy) seorang. Kami mengantri dan akhirnya tiba giliran kami menaiki pesawat yang akan melawan para alien. Kami bersaing untuk mendapatkan nilai terbanyak jika bisa menembak alien-alien tersebut.
Saya berada dipesawat yang sama dengan febri, estin, tekla, dan saya lupa satu lagi. Saya mendapatkan nilai 10400. Dan yang lain tidak begitu beruntung. Setelah peperangan melawan alien selesai, saya merasa pusing karena naik pesawat yang berputar-putar. Tapi cukup menyenangkan bermain wahana perang bintang dan bisa mendapatkan nilai yang cukup banyak. Setelah dari perang bintang kami berlima belas memutuskan untuk istirahat sekaligus untuk beribadah. Kami mencari tempat yang teduh untuk menikmati bekal yang kami bawa. Akhirnya kami menemukan tempat yang cukup teduh untuk kami, yaitu di bawah pohon rindang. Kami mulai mengeluarkan bekal kami masing-masing dan mencari posisi yang nyaman untuk menikmati bekal kami.
Saya membawa bekal mie, nugget ayam dan ditambah nasi. Sedangkan yang lain membawa bekal yang bermacam-macam dan sedikit menggoda saya untuk ikut mencicipi bekal mereka. Sambil makan kami juga merencanakan wahana apa yang akan dinaiki selanjutnya. Setelah semua selesai makan, kami menyempatkan berfoto-foto. Sepertinya berfoto-foto adalah agenda penting hari itu. Setiap saat menyempatkan untuk berfoto bersama. Setelah makan selesai, berfoto-foto sudah, kami berjalan menuju mushola kecil untuk beristirahat sekaligus untuk menunaikan ibadah solat dzuhur. Didepan mushola ternyata ada objek yang bagus untuk berfoto. Setelah selesai beribadah kami langsung menuju kolam kecil yang dikelilingi pagar dan jembatan. Tempat ini sangat bagus untuk berfoto-foto ria. Akhirnya kami mengambil banyak gambar kami bersama disana. Kami bersenda gurau tentang foto yang diambil tadi. Estin dan ima sangat ingin sekali berfoto dengan yusri, kenapa? Karena perawakan yusri yang seperti laki-laki. Namun ada seseorang yang sepertinya cemburu dengan hal itu. Seseorang itu adalah nabila, orang sangat dekat sekali dengan yusri. Dia selalu ingin berdekatan dengan yusri. Entah apa yang membuat nabil seperti itu pada yusri. Kami hanya berpikir itu hanya candaan biasa. Hanya ingin membuat lelucon.
Setelah semua puas berfoto-foto kami melanjutkan permainan lagi. Kami memilih wahana yang bisa membuat kami segar kembali setelah lelah dengan wahana-wahana sebelumnya. Kami memilih wahana arung jeram. Wahana yang akan membuat seluruh badan kami basah semua. Di wahana itu ada tulisan “kalo takut basah, jangan naik wahana ini”. Kami pun mulai berebut posisi tempat duduk. Jika salah memilih tempat duduk bisa-bisa keluar dari wahana arung jeram pakaian kita akan basah semua. Benar saja, saya memilih posisi yang salah. Selama perjalanan di arung jeram, pakaian saya basah semua. Tapi ada yang lebih parah lagi, yaitu tekla, dia dari ujung rambut sampai ujung kaki basah semua. Kami sangat malu, karena pakaian kami basah semua. Kami juga tidak membawa pakaian ganti. Saya dan tekla berharap pakaina kami bisa kering sebelum kami pulang.
Sesudah berbasah-basahan di arung jeram kami belum puas berbasah-basahan. Kami menuju wahana Niagara yang berhubungan dengan air juga. Saya, yusri dan rena memutuskan untuk tidak ikut menaiki wahana tersebut karena kami harus mengeringkan pakaian kami dulu. Kami bertiga menunggu disebelah wahana Niagara, yang terdapat jembatan panjang yang diatasnya terdapat juga kursi-kursi kayu panjang. Kami mennggu disitu, saya dan rena berjemur di pinggir panggar jembatan itu. Kami tidak peduli denga  orang-orang yang berlalu lalang sambil memperhatikan kami berdua. Cukup lama menunggu teman-teman yang naik Niagara. Sambil berjemur kami juga berfoto-foto dijembatan itu. Dan saat berfoto-foto kami melihat seorang anak kecil, dia sangat lucu dan menggemaskan. Kami juga mengambil gambar anak kecil itu. Setelah lelah menunggu, akhirnya teman-teman yang naik Niagara turun juga.
Sehabis dari Niagara kami berjalan menuju wahana tornado. Tapi yang ingin naik tornado hanya sebagian, sebagian lagi memilih wahana alap-alap (halilintar versi mini). Ini pertama kalinya saya dan nabil naik tornado. Wahana ini dulu cukup terkenal, tapi saat pertama kali datang ke dufan saya belum berani menaikinya. Tapi kali ini saya memberanikan diri untuk mencoba wahana ini. Setelah mengantri akhirnya tiba giliran saya dan teman-teman untuk naik. Saya memilih duduk ditengah-tengah antara nabil dikiri saya dan rena dikanan saya. Setelah pengaman dipasangkan tangga diturunkan, itu bertanda permainan akan dimulai. Disitu saya berusaha memberanikan diri dan mengucapkan basmalah. Saat mesin dinyalakan semuanya berubah. Dari perasaan takut saya menjadi perasaan lucu. Saat posisi saya berada diatas saya malah tertawa keras, padahal yang lain berteriak-teriak sampai ada juga yang menangis minta agar permainan ini dihentikan. Saya merasa wahana ini sangat lucu, entah mengapa saya bisa tertawa geli saat permainan ini dimulai. Penjaga yang menjaga pun heran mendengar tawa saya yang sangat keras, mungkin dia berpikir saya gila. Tapi memang wahana itu membuat saya tertawa keras sampai mengeluarkan air mata.
Rasa takut saya pun seketika hilang dan tergantikan oleh rasa ingin mencoba menaiki wahana tornado itu lagi. Setelah selesai kami melanjutkan ke wahana kincir-kincir. Saya tidak ingin menaiki wahana itu, saya merasa takut untuk menaikinya. Yang menaiki wahana itu, disti, yusri, vero, nurul, ima, putri, ira, dan nabila. Sisanya memilih wahana istana boneka. Dan saya sendiri lebih memilih menjadi juru foto yang memfoto teman-teman yang naik kincir-kincir.
Selesai menaiki wahana kincir-kincir, kami menyempatkan untuk menunaikan ibadah solat ashar dulu dimasjid. Setelah semua selesai solat kami juga menyempatkan berfoto-foto ria bersama. Banyak gambar yang kami ambil di masjid. Kami juga beristirahat sambil mengobrol, obrolan kami ini sangat menarik karena menyangkut liburan di dufan kali ini. Sayang, tidak semua teman-teman di 2eb01 bisa ikut semua dan merasakan kebersamaan yang kami rasakan saat liburan ini. Dimasjid kami juga memulai ronde kedua untuk menghabiskan bekal kami yang tadi belum habis. Sekalian mengurangi beban yang dibawa.
Setelah puas beristirahat, kami menuju wahana terakhir, wahana penutupan. Wahana ini selalu ada di pasar-pasar malam yaitu kuda-kudaan. Sebelum menaiki wahana itu kami menyempatkan diri lagi untuk berfoto-foto, mengabadikan kebersamaan kami. Saat kami menaiki wahana itu pun kami masih menyempatkan diri berfoto. Kami berteriak-teriak agar yusri (asooy) mau memfoto kami semua. Kami berebut untuk difoto yang paling pertama dan paling bagus. Saya merasa pusing karena menaiki wahana yang berputar lama kelamaan menjadi kencang. Saya berpikir lebih baik naik tornado daripada kuda-kudaan. Setelah selesai kami berfoto bersama badut dufan. Tapi saat kami asik berfoto tiba-tiba ada bbm yang masuk ke bb (blackberry) disti. Ternyata itu dari tekla. Tekla sangat kesal pada kami semua karena meninggalkannya dan lupa padanya. Kami semua pun kaget karena kami kira dia ada bersama kami. Kami merasa menyesal karena asik sendiri dan tidak memperhatikan teman yang ada disekitar kami. Setelah bertemu tekla dan membujuknya agar tidak marah lagi kami memutuskan untuk pergi ke pantai indah yang ada disebelah hotel mercure. Kami berjalan kaki dan untuk sampai ke pantai itu kami harus berjalan cukup jauh. Namun karena berjalan kakinya bersama-sama itu semua tidak terasa. Akhirnya setelah berjalan kaki cukup jauh, kami sampai di pantai indah. Ada kejadian lucu saat kami berjalan masuk menuju jembatan panjang yang ada dipantai indah itu. Saat kami melewati dua orang laki-laki dewasa, salah laki-laki itu berbisik pada temannya, “cewe semua sob” kata laki-laki pertama.
“ga, ada cowonya tu satu di depan” kata laki-laki kedua sambil menunjuk yusri yang berjalan didepan.
Kami semua yang mendengar pembicaraan kedua laki-laki itu pun tertawa geli, kami tidak menyangka aka nada kejadian lucu seperti ini. Yusri memang tomboy, dia terlihat seperti lelaki, padahal dia adalah seorang perempuan.
Saat sampai di jembatan kami pun berfoto-foto lagi. Sebagian lagi duduk dipinggir jembatan sambil membuka bekal yang masih tersisa sambil mengobrol. Selesai kami berfoto-foto. Kami ikut bergabung dengan mereka. Timbullah pembicaraan tentang liburan selanjutnya yang akan kami tuju. Dari bandung, pulau bidadari, dll. Pilihan pun jatuh pada bandung. Namun ini Cuma masih pembicaraan belum pasti. Kami juga masih harus mengumpulkan uang untuk baju futsal kelas, mungkin perjalanan ke bandung bisa gagal lagi.
Selesai berbincang-bincang, dan waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Kami memutuskan untuk beranjak pulang dari ancol. Namun kami perlu perjuangan untuk menuju halte busway dan stasiun, karena letaknya yang jauh. Kami akhirnya berjalan jauh dan melewati dermaga pribadi milik orang-orang kaya yang tinggal di lingkungan ancol itu. Dermaga-dermaga itu berfungsi untuk memarkir kapal-kapal ferry milok orang kaya itu. Kami cukup kagum dengan pemandangan itu. Kami berpisah ditengah jalan karena stasiun sudah kelihatan. Yang naik kereta saat itu, estin, disti, yusri, ima, tekla, vero, rena, nina dan febri. Dan sisanya yang naik busway, saya, ira, nabila, nurul, firyal, dan putri. Cukup lama kami menunggu busway yang jurusan ancol-pgc. Kami sangat kesal karena dantangnya busway lama sekali. Kami juga sudah sangat lelah ditambah dengan lamanya busway datang. Saat busway datang kami berharap dapat tempat duduk. Namun saying kami tidak kedapatan tempat duduk. Tapi kami bisa duduk disebelah pintu dan disebelah sopir busway. Saya tidak sadar kalo sopir buswaynya masih muda dan ganteng. Saya tidak berani menoleh banyak saat itu. Kami harus berpisah, nabil yang pertama turun, selanjutnya saya dan nurul, dan terakhir firyal dan putri. Saya dan nurul menunggu busway yang jurusan kampung rambutan. Setelah busway datang kami berdua langsung naik, kami tidak kedapatan tempat duduk lagi jadi kami harus berdiri sepanjang perjalan menuju pasar rebo. Sesampainya dipasar rebo kami langsung naik angkot 37. Saya turun duluan sebelum nurul. Kami berpisah di depan mayasari.
Saya menyebrang dan memutuskan untuk berhenti sebentar untuk membeli nasi goreng karena saya merasa lapar setelah seharian bermain. Sesampainya dirumah saya langsung mandi, solat lalu makan. Setelah makan saya langsung naik ketempat tidur dan tidak terasa waktu sudah pagi lagi. Liburan ke dufan kemarin adalah liburan yang sangat menyenangkan. Saya bisa lebih dekat lagi dengan teman-teman baru ini. Terima kasih teman-teman J. Sekian cerita liburanku bersama teman-teman di dufan.

DUFAN with 2EB01



DO – FUN
Part 1
Waktu ujian akhir semester telah dekat. Kami 2eb01 telah merencanakan liburan setelah ujian akhir semester ini selesai. Karena setelah ujian akhir ini selesai kami punya waktu seminggu untuk liburan. Akhirnya kami memutuskann unuk pergi liburan ke dufan (salah satu tempat rekreasi di daerah Jakarta). Karena sedang ada promo pelajar makanya kami memutuskan untuk ke dufan , selain karena sedang ada promo , ada juga factor lain yang membuat kami memutuskan untuk pergi kesana yaitu wahana yang ada di dufan. Promo pelajar ini sangat menguntungkan dan sangat menjangkau sekali kantong kami para mahasiswa. Yang seharusnya tiket dufan Rp. 250.000 tapi karena ada promo ini bisa menjadi Rp. 80.000 saja. Syarat yang harus dipenuhi adalah minimum rombongan harus 15 orang dan mempunyai kartu pelajar/mahasiswa. Ini yang membuat kami memilih dufan sebagai tempat liburan kami. Setelah dibicarakan akhirnya kami memulai merencanakan liburannya. Dari siapa saja yang ingin ikut, kendaraan yang akan dipakai untuk pergi ke dufan, uang yang dibutuhkan, apa saja yang harus dibawa. Estin , orang yang mengusulkan dan mengkoordinator liburan ini sangat semangat sekali menghasut anak-anak yang ada di kelas 2eb01 untuk bisa ikut liburan ke dufan.
Akhirnya saat ujian pun tiba. Semakin mendekati hari liburan semakin semangat kami dan termasuk estin untuk menabung. Sayang saat waktu yang ditentukan akan tiba, estin memberitahukan pada kami semua yang ikut bahwa liburan kedufan gagal karena yang bisa ikut liburan ke dufan hanya 10 orang dari 39 mahasiswa yang ada di 2eb01. Ini tidak memenuhi syarat yang seharusnya 15 orang. Ini membuat kami yang ingin ke dufan kecewa. Estin pun agak sedikit kesal karena merasa di ‘PHP’ (pemberi harapan palsu) sama anak-anak 2eb01.
Estin tidak patah semangat untuk membawa kami liburan ke dufan. Estin memulai lagi usahanya untuk merencanakan liburan ini lagi. Akhirnya dia berhasil mengumpulkan 15 orang termasuk saya. Kami memulai lagi merencanakan liburan ini. Estin mengusulkan untuk mencicil pembayaran tiket dufan. Ini salah satu cara untuk mengajak anak-anak yang lain untuk ikut liburan. Banyak hal lucu yang terjadi saat merencanakan liburan ke dufan ini. Saya merasa senang bisa bergabung dalam liburan bersama 2eb01. Kami selalu berkumpul saat membicarakan liburan ke dufan. Berkumpul di barisan bagian belakang kelas. Saat membicarakan liburan ke dufan ini pasti menjadi rame karena selain membicarakan rencana liburan , kami juga pasti membicarakan hal lain atau bermain permainan yang konyol. Saat kami membuat rame kelas , seisi kelas pasti akan memperhatikan kami. Mungkin karena terganggu atau mungkin tertarik dengan keberisikan  yang kami buat.
Akhirnya kami memutuskan untuk pergi ke dufan tanggal 11 maret 2013. Kenapa kami memilih tanggal itu , karena selain kami tidak ada jadwal kuliah tapi juga karena tanggal 12 maret nya adalah hari nyepi , hari libur nasional. Jadi besoknya kami bisa istirahat setelah cape bermain di dufan. Kami sibuk membicarakan bagaimana akses ke dufannya. Karena ada yang ingin naik kereta dan busway. Saya termasuk yang ingin naik busway. Kebanyakan memilih naik kereta.
Saya dan empat teman saya , nurul ,firyal , tekla , dan disti memilih busway untuk akses kami ke dufan. Kami janjian di halte busway pasar rebo jam 7 tepat. Besoknya saat waktu yang di tunggu tiba , aku berangkat dari rumah jam 7 lewat karena nurul telat berangkat dari rumahnya. Kami semua ngaret dari waktu yang dijanjikan sebelumnya. Akhirnya setelah semua hadir di halte busway , kami masuk dan membeli tiket dan menunggu busway yang lewat. Saat di halte busway kami melihat seorang anak laki-laki umurnya sekitaran anak SMA. Anak laki-laki itu mengambil perhatian kami karena dia mirip Gabriel penyanyi jebolan program idola cilik yang biasa ditayangkan RCTI. Kami berlima jadi membicarakan anak laki-laki itu. Kami pun 1 busway dengan dia. Tapi kami tidak berani untuk menyapa atau menanyakan langsung apa benar dia Gabriel idola cilik.
Saat masuk busway kami langsung tidak dapat duduk karena kondisi busway yang sudah penuh. Akhirnya kami berdiri sampai dengan halte kampung melayu. Malangnya , kami juga tidak dapat tempat duduk , dari halte kampung melayu sampai ancol kami pun berdiri. Kaki pun rasanya pegel sekali ditambah dengan bawaan yang berat. Isi tas yang penuh membuat beban kami pun bertambah. Isi tas kami itu ada baju ganti , bekal makan minum , payung , mukena dll.
Kami berlima pun tiba di halte ancol , disana sudah ada nabila dan putri yang sudah tiba terlebih dahulu. Mereka berdua juda naik busway tapi kami tidak bertemu. Kami bertujuh masuk ke ancol dan janjian bertemu dengan yang naik kereta. Akhirnya kami semua bertemu dan berkumpul untuk mengambil tiket , tapi saat sudah bertemu yang dibagikan malah bekal yang dijanjikan estin pada kami , yaitu ada lontong , lemper dan dua buah martabak. Saya dan teman-teman yang lain sangat berterima kasih pada estin karena telah membawakan kami snack dan telah banyak mengorbankan waktunya untuk mengurusi liburan ke dufan ini.
Kami pun masuk dufan , itu membuat saya merasa senang karena ini baru kedua kalinya saya berkunjung ke dufan dengan orang-orang yang berbeda. Saat pertama kali datang ke dufan , bersama teman dari SMA , sekarang , kedua kalinya datang ke dufan bersama teman-teman kuliah. Teman-teman yang lain mungkin sudah sering ke dufan. Suasana kali ini beda karena kami pergi bersama teman-teman baru yang akan menjadi teman selama tiga tahun kuliah.
Saat masuk dufan , pertama yang kami pilih adalah wahana kora-kora , kami mengantri tidak lama , kami pun menaiki wahana tersebut. Saya memilih barisan kedua dari belakang bersama tekla dan ira. Barisan ketiga dari belakang diisi oleh rena , nurul , nina , nabil dan firyal. Barisan paling belakang diisi oleh febri , disti , yusri (asoy nama panggilan yang biasa dipakai oleh yusri) , putri dan ima. Estin dan vero memilih untuk tidak naik wahana itu. Saat perahu mulai bergerak keatas dan kebawah itu bertanda permainan sudah dimulai. Dari yang lambat sampai perahu mulai ketingkat maksimum. Saat perahu sudah mencapai titik maksimum yaitu saat perahu berada di keadaan 180 derajat , itu membuat nyali ciut karena itu membuat saya sampai dalam keadaan berdiri di ketinggian yang sangat tinggi. Rasanya seperti ingin jatuh kebawah. Wahana ini baru permulaan.
Kami berlima belas melanjutkan petualangan yang mengadu nyali. Wahana kedua adalah Happy Feet 3D ,di wahana ini kami seperti ada dalam film tersebut dan merasakan apa yang dirasakan oleh penguin itu.Bangku yang kami duduki bisa bergerak seperti gerakan yang sedang dilakukan penguin tersebut. Wahana ini hanya selingan saja dan tidak ada apa-apanya dibandingkan dari wahana yang pertama saya naiki. Tapi ada kejadian yang membuat saya malu , saat permainan selesai saya bermasalah dengan cara membuka pengaman yang melingkar di perut saya. Saya meminta tolong pada arena untuk membukakannya. Saya merasa sedikit malu saat itu.

Kisah Cinta Ku



My First Love

Aku baru duduk di kelas lima SD saat itu  umurku mungkin baru 10-11 tahun. Aku bertemu dengannya saat ada acara tujuh belas agustus di lapangan dekat rumah ku dan rumahnya. Saat itu dia sedang bersama teman-temannya, bisa dibilang genknya. Karena pada waktu itu sedang model genk (kelomopok-kelompok kecil). Aku mengira dia juga mengenalku karena ini bukan pertama kalinya kami bertemu. Mataku selalu memperhatikannya dan aku juga berusaha mengambil perhatiannya dengan cara mendekatinya sedikit demi sedikit.pertama kali aku bertemu dengannya adalah disaat bulan ramadhan. Aku selalu solat terawih di masjid sudirman. Letaknya cukup jauh dari rumahku. Disana lah dan diwaktu itulah aku bertemu dengannya. Saat mata bertemu mata, disanalah aku merasakan rasa yang aneh.  Rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya. Rasa itu membuatku selalu ingi melihatnya dan aku selalu ingin terlihat dihadapannya. Selama bulan ramadhan itu aku selalu solat terawih di masjid yang sama dengannya. Alasanku adalah supaya selalu bisa melihatnya. Setiap aku melihatnya dia selalu bersama genk kecilnya itu. Itu membuatku terganggu dengan kehadiran teman-temannya itu. Aku mulai sadar dengan perasaan yang aneh ini. Aku tau aku mulai menyukainya.

Aku belum tahu namanya dan dimana dia tinggal sampai malam terakhir terawih. Setelah malam terakhir itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku selalu menulis diary dan menuliskan “si putih” sebutanku untuknya karena aku belum tahu namanya dan saat aku bertemu dengannya di acara tujuh belasan dia mengenakan kaos putih dan membawa sarung yang biasa dia gunakan untuk “tawuran sarung” yang saat itu sedang booming dikalangan anak-anak.

Pada suatu waktu aku tidak sengaja bertemu dengannya. Sepertinya dia baru pulang dari sekolah. Dan akhirnya aku tahu dia bersekolah si SD mana. Ternyata sekolahnya tidak jauh dari rumahku yang artinya dia mungkin selalu melewati rumahku untuk mencapai sekolahnya. Keesokan akhirnya aku menunggu di depan jendela rumahku dan berharap dia lewat. Tidak lama kemudian dia berjalan melewati depan rumahku. Saat itu aku senang sekali karena bisa melihatnya walaupun hanya sekilas. Aku mengingat jam berapa dia biasa lewat supaya aku bisa melihatnya lagi. Keesokan harinya lagi, aku mencoba untuk membuatnya ingat padaku lagi. Aku menunggpu di pinggir lapangan yang juga biasa dia lewati saat berangkat sekolah. Aku memakai pakaian yang aku pakai saat acara tujuh belasan itu. Tapi saat dia lewat dia, dia tidak menoleh sedikitpun kearahku, padahal aku sudah terseyum semanis mungkin saat itu. Usaha ku untuk membuatnya ingat padaku sia-sia.

Aku merasa tidak ada kesempatan untuk aku bisa mengenalnya lebih jauh. Aku memutuskan untuk tidak memikirkannya lagi. Waktu terus berlalu, mungkin sudah lewat dua tahun saat aku bertemu dengannya.

Aku masuk ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi lagi. Aku sekarang adalah murid SMP dari sebuah SMP Negeri di daerah rumahku. Saat aku mulai menjadi seorang murid SMP, aku mengalami hal yang kurang beruntung. Saat angkatanku masuk, ternyata sekolah ku sedang dalam pembangunan. Itu membuat kami sebagai angkatan baru dan angkatan-angkatan sebelumnya numpang di sekolah dasar yang letaknya tidak jauh dari sekolah kami. Aku tidak pernah berharap dan menyangka akan bertemu dengannya lagi di sekolah ini. Ternyata aku bersekolah di SMP yang sama dengannya. Dia adalah kakak kelasku. Aku merasa ini kebetulan apa memang kami seharusnya bertemu. Saat aku melihatnya di gedung yang sama denganku, itu membuat perasaan yang telah lama hilang itu muncul lagi, dan perasaan itu mulai menemukan titik terang. Mungkin ini bukan lagi harapan tapi kenyataan yang memang ada dan menghampiriku. Aku mulai lagi mencari tahu tentangnya. Dikelas berapa dia belajar, nomor absennya berapa, nama lengkapnya siapa, ekskul apa yang dia ikuti.

Mataku selalu memperhatikan kemana langkahnya pergi. Saat ada kesempatan untuk mendekatinya, aku tidak buang-buang kesempatan itu. Misalnya saat istirahat, dia sedang jajan apa, aku juga ikut membeli jajanan itu supaya aku bisa bersebelahan dengannya walaupun sebentar. Ada saat dimana aku bisa pulang dan satu angkot dengannya, walaupun dia tidak sadar akan kehadiranku diangkot itu. Akhirnya aku tau dimana dia tinggal. Rumahnya hanya berbeda RT saja denganku. Sepanjang perjalanan pulang aku selalu tersenyum karena senang bisa melihatnya dari dekat walaupun dari belakang. Saat dirumah pun aku masih memikirkannya, berharap bisa bertemu lagi saat aku berangkat ataupun pulang sekolah.

Keesokan harinya di sekolah, saat jam pelajaran olahraga, aku bersama beberapa teman ku duduk di pinggiran lapangan sekolah. Memerhatikan murid lain yang juga sedang berolahraga. Ada sosok yang aku kenal diantara murid-murid yang sedang berolahraga itu. Semakin aku perhatikan ternyata sosok itu adalah dia. Ternyata jam pelajaran olahraga kami sama, jadi aku bisa selalu melihatnya saat pelajaran olahraga berlangsung.  Hal yang paling aku suka saat melihatnya adalah saat dia terseyum lepas, saat dia tersenyum aka nada dua buah lesung di pipi kana dan kirinya. Itulah yang membuatnya terlihat manis. Ada satu hal lagi yang menjadi ciri khasnya, yaitu dia selalu memakai topi yang ujungnya selalu ia lipat kedalam supaya menjadi lengkungan dalam. Aku selalu berpikir ingin membelikannya sebuah topi yang mungkin bisa dia pakai dan menggantikan topinya yang lama itu.

Sudah hampir satu semester aku menjadi siswi SMP dan bersekolah di sekolah yang sama dengannya tapi aku masih belum tahu siapa namanya. Yang aku tahu hanya nama panggilannya yaitu, Rio. Aku tahu karena teman-temannya selalu memanggilnya dengan nama Rio. Saat-saat itulah yang membuatku semakin penasaran dan semakin ingin tahu tentangnya. Mungkin ini kesempatan yang diberikan tuhan padaku, aku tidak sengaja masuk kekelas 3-5, itu adalah kelasnya. Saat itu kelasnya kosong karena sudah jam pulang sekolah. Aku tidak sengaja menemukan absen kelasnya. Dan disana aku tahu kalo nama lengkapnya adalah, Satrio Mugo Diarto, itulah nama cinta pertamaku. Namanya cukup bagus, mungkin dia memang seorang satria di hatiku. Saat aku menemukan absen itu, aku langsung mencatat nama lengkapnya dan nomor absennya. Hari itu rasanya benar-benar menjadi hari keberuntunganku. Dari pulang sekolah samapi dirumah, dari sore sampai malam hanya nama itu yang aku pikirkan, Satrio Mugo Diarto.

Aku berharap dia juga melakukan hal sama seperti yang aku lakukan untuk bisa mengenalnya. Tapi sayang, aku telat bertemu dengannya, telat mengenalnya. Dia ternyata sudah memiliki dambaan hatinya. Saat aku mendengar dia sudah mempunyai pacar aku langsung mencarinya agar aku bisa melihat sendiri. Ternyata memang benar dia sudah punya pacar. Rasanya hati ini berasa dibagi dua bagian saat melihat kebersamaan dia dan pasangannya itu. Aku merasa hancur, dan menyalahkan diriku sendiri. Usaha-usahaku selama ini untuk menarik perhatiannya, mencari tahu siapa dia, itu semuanya hanya sia-sia. Aku tidak bisa dekat dengannya lagi. Rasanya saat memandang dia itu adalah dosa sekarang. Aku memutuskan menghentikan usahaku untuk bisa menjadi orang yang bisa dekat dengannya. Aku mulai menjauh saat aku bertemu dengannya, aku berusaha memalingkan wajahku supaya aku tidak melihatnya.

Tiba saat dia harus meninggalkan sekolah ini karena dia sudah lulus dari sekolah menengah pertama dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Terakhir kalinya aku melihatnya adalah saat dia mengambil ijazah di sekolah. Saat itu aku melihat senyumnya yang lebar. Tanpa aku sadari, aku ikut tersenyum saat melihat senyumnya. Saat aku memikirkan dan berharap dia melihatku, itu pun terjadi. Dia melihat kearahku, aku pun melihat kearahnya. Saat mataku bertemu matanya aku berharap dia bisa tahu perasaan yang aku simpan untuknya. Namun sayang, kontak mata yang kami lakukan tidak lama, karena ada seseorang yang memanggilnya. Seseorang itu adalah pacarnya. Saat itu aku berdoa dan berharap sekali dia memutuskan pacarnya dan berlari kearahku dan mengungkapkan rasa yang sama seperti yang aku rasakan.

Setelah dia lulus aku menjadi kurang semangat kerana tidak ada lagi yang bisa membuatku semangat sekolah. Tidak ada lagi yang bisa aku perhatikan disekolah ini. Aku berharap bisa bertemu dengannya lagi walaupun berbeda sekolah sekarang. Setiap pulang sekolah aku selalu melewati rumahnya dan berharap ada dia sedang berdiri di depan rumahnya.

Sayang, semakin aku berharap semakin sakit hati ini. Aku tidak pernah bertemu dengannya lagi. Aku berpikir untuk menjadikannya sebagai cerita cinta monyetku di SMP. Dan menjadikannya cinta pertamaku yang selalu aku ingat sampai sekarang, “Satrio Mugo Diarto”.