Kamis, 20 Juni 2013

Film "JOKOWI"


Film “Jokowi”

Mungkin film ini akan bisa menambah kekaguman kita pada seorang Joko Widodo yang bawaannya sederhana. Jujur, saya adalah satu pengagumnya dan sekaligus saya pendukung dari Jokowi. Saya sangat mengaguminya karena beliau adalah sosok pemimpin yang sederhana dan tidak berlebihan. Beliau juga selalu melihat kebawah dan tidak pernah berlagak menjadi seorang penguasa. Kekaguman saya dimulai dari berita bahwa beliau termasuk sebagai salah satu gubernur terbaik di Indonesia dan Asia. Ditambah dengan sosoknya yang rendah hati dan tulus. Beliau tidak pernah berpura-pura dalam hidupnya. Beliau adalah sosok pemimpin yang sangat diperlukan di negeri yang sudah mulai hancur karena para pemimpinnya yang selalu memperkaya diri mereka sendiri dengan kekuasaan yang mereka miliki.
Saya juga mendengar bahwa Jokowi tidak pernah mengambil gajinya sebagai Gubernur Solo saat itu. beliau menyumbangkan gajinya untuk membantu rakyat Solo yang dia pimpin saat itu. beliau juga selalu turun langsung kelapangan dan saling sharing tentang masalah yang sedang terjadi dengan rakyatnya itu. banyak hal positif yang saya dapatkan dari beliau. Saya belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik bagi rakyatnya.
Film yang dibuat oleh Azhar Kinoi ini bercerita tentang seorang Jokowi, yang dikenal sebagai gubernur baru Jakarta setelah ia memenangkan pemilu tahun 2013 lalu. Sebelum menjadi gubernur DKI Jakarta beliau adalah gubernur Yogyakarta. Beliau pindah dari solo ke Jakarta setelah memenangkan pemilu pemilihan gubernur Jakarta. Film ini menceritakan kisah hidup seorang Jokowi yang dikenal sebagai seorang yang sederhana dan polos. Film ini menceritakan dari jokowi kecil sampai beliau bisa menjadi seorang gubernur.
Wajah ibu – ibu tua yang berjualan di pasar Gede, Solo, tampak sumringah. Di tengah guratan wajah yang menunjukkan kerentaan hidup mereka terpancar harapan cerah. Ketika itu mereka sedang menyaksikan televisi yang menayangkan langsung pelantikan Joko Widodo, wong Solo itu, sebagai Gubernur DKI Jakarta. Mereka bertepuk tangan girang, seperti orang sedang nonton sepak bola Piala Dunia. Itulah adegan penutup film film Jokowi arahan sutradara Azhar Kinoi Lubis.
Sebuah kejelian dari K2K Pictures untuk memproduksi film tentang tokoh yang sangat popular dan dikenal luas oleh orang dari berbagai lapisan. Setidaknya potensi pasar alias calon penonton sudah di depan mata. Diasumsikan, penonton sudah tahu semua tentang Jokowi, kecuali mungkin masa lalunya. Maka jokowi dibuat dengan pendekatan biografis-historis. Cerita berjalan linier dari Joko Widodo lahir sampai kemudian terkenal sebagai Jokowi.
Ada sejumlah babak perjalanan hidup Joko Widodo disorot di film ini. Babak itu dimulai menjelang hari lahir Joko Widodo, masa kecil, masa remaja, masa kuliah, masa sebagai pengusaha mebel, dan sebagai gong adalah sekelumit pelantikan yang diambil dari cuplikan dokumentasi.
Ada penggambaran bahwa Jokowi kecil itu miskin, tapi gigih bekerja. Bahwa Jokowi kecil jujur, dan tak bisa disuap. Jokowi remaja suka music rock dengan menikmati lagu “Black Dog”-nya Led Zeppelin sambil belajar. Jokowi pemalu dalam menaksir cewek, tapi memberanikan diri.
Efek dramatis
Setiap babak diberi bumbu dramatis yang takarannya dibuat cukup ekstrem. Tentu ini untuk mengejar efek dramatis. Dalam adegan penggusuran rumah orang tua Jokowi misalnya digambarkan petugas mengobrak-abrik dengan kasar. Menjungkir – balikkan perabot rumah, dan Jokowi kecil menangis. Kesannya berlebihan, dan jatuhnya malah menjadi tontonan yang terkesan memancing dan menjual rasa iba.
Efek dramatis juga dikejar lewat adegan ketika keluarga orang tua jokowi mengungsi. Barang – barang ditaruh dalam gerobak layaknya gerobak pemulung. Diatas barang – barang itu, Jokowi kecil duduk.
Yang cukup menarik adalah pemeran tokoh Jokowi dewasa yaitu Teuku Rifnu Wikana. Juga penampilan Prisia Nasution sebagai Iriana, pacar yang kemudian menjadi istri Joko Widodo. Cukup berat beban Wikana karena pertama ia harus memerankan Jokowi remaja SMA dengan rambut gondrong tanggung, sampai jokowi yang telah berkeluarga dan menjadi pengusaha mebel. Dan, ini yang paling “gawat”, ia harus siap dinilai orang akan mirip atau tidak mirip dengan Jokowi. Tentu untuk urusan satu ini setiap orang menyukai ukuran dan kesan yang berbeda. Namun, ia cukup mulus masuk ke sosok Jokowi. Prisia mempunyai reflek yang luwes dalam bertutur kata seperti perempuan Jawa. Ia bermain cukup natural.
Film ini tampaknya mencari jalan “aman” dengan tidak menyentuh ranah politik. Sepintas pun tak tergambar bagaimana si Joko yang berumah di pinggir kali itu kemudian menjadi penghuni Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo. Dan kemudian menjadi orang nomor satu di Jakarta. Tampaknya pembuat film ini menganggap semua orang sudah tahu apa, siapa, dan mengapa Jokowi sampai ke Jakarta.
Namun yang ada adalah petuah sang ayah kepada Jokowi muda, tentang kepemimpinan. Petuahnya sangat profetif. Ketika itu orang tuanya seakan sudah memproyeksikan dia menjadi orang penting di tengah rakyat. Pesan itu adalah agar dia menjadi orang yang rendah hati : “Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake – berperang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan.
Itulah petuah yang di sampaikan oleh ayah Jokowi kepada Jokowi. Petuah yang bisa membawanya menjadi seorang yang rendah hati dan menjadi seorang pemimpin yang hebat.
Saya merasa bangga karena pada saat pemilu, saya memilih beliau dan pasangannya saat itu, nomor tiga. Saya tidak menyesal dengan pilihan saya. Walaupun beliau sudah menjadi orang kedua yang berkuasa di Dki Jakarta, beliau tidak tinggi hati dan menjadi orang yang sombong. Walaupun banyak orang yang tidak menyukainya, beliau tetap pada pendiriannya dan tetap berusaha menjalankan amanat yang dipercayakan kepadanya untuk memimpin DKI Jakarta.
Tetap semangat pak Jokowi J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar