Jembatan Kenangan
Diatas
jembatan kecil aku berdiri, setengah bersandar ke pagarnya yang rendah, diam
memandang arus kendaraan yang berlalu lalang dibawah jembatan. Kendaraan itu
melaju kencang tanpa peduli dengan keadaan diatasnya. Aku hanya terdiam dan mengenang
masa lalu yang sebagian besar pernah terjadi ditempat ini. Dulu tempat ini
begitu cantik, indah saat melihat keadaan jalan di pagi hari. Melihat dari
atas, mobil-mobil dan angkutan umum saling menyalip seperti dalam area balapan.
Pada pagi hari ketika bola emas memanjat langit dengan cahaya pertama paling
bening, ia memantulkan triliyunan tembakan sinarnya sehingga jutaan berlian
berpendaran dipermukaannya.
Sebagian
kisah cintaku terekam disini. Mungkin dia mengelum senyum maklum saat
menyaksikan aku untuk pertama kalinya merayu seorang gadis teman sekolah dengan
sikap waspada karena khawatir tertangkap basah orang-orang yang berjalan
melewati jembatan ini.
Cinta
monyet memang aneh. Tidak lebih lama daripada gerimis sesaat, yang rela sirna
jejaknya dihapus terik matahari. Setelah girang sejenak mengecap cinta yang
naif, aku termangu murung di pagar jembatan yang sudah mulai berkarat dan
dipenuhi oleh coretan pilox warna – warni dengan berbagai tulisannya.
Memikirkan
cinta pertama yang diawali dari jembatan penyebrangan ini. Awal aku melihat
cinta pertamaku adalah ditempat ini. Jembatan penyebrangan ini memiliki sejarah
untuk kisah cintaku yang hanya berlangsung cepat. Di jembatan inilah kami
selalu janjian bertemu sehabis pulang sekolah. Dijembatan ini kami melakukan
hal yang konyol, yaitu, selalu menghitung berapamobil yang lewat dengan merek
dan warna mobil yang sama. Hal itu sangat kekanakan tapi juga sangat
mengasikkan. Hal itu juga yang membuat kami bisa menjadi seorang kekasih.
Jembatan
ini juga yang menjadi saksi perpisahan diantara kami. Aku putus dengan cinta
pertamaku di jembatan ini. Saat itu warna langit yang biru berubah menjadi
hitam mendung. Seakan-akan langit ikut merasakan kekecewaan yang sedang aku
rasakan.
Aku
pun pergi meninggalkan jembatan penyebrangan itu setelah puas mengingat masa
lalu yang pernah terjadi di tempat ini. Pergi dengan senyum kecut yang
tersungging di wajahku.
Mungkin
persahabatan kita tidak semesra dulu. Kini dirimu dipenuhi karat dan wajah
perakmu dulu kini sudah berubah menjadi besi yang sudah tidak utuh lagi.
Badanmu yang dulu hitam halus diselimuti aspal kini sudah hancur tidak
berbentuk. Kemana dirimu yang dulu ?
Aku
melewati jembatan yang dulu sering aku lewati sepulang sekolah, keadaannya jauh
berbeda dengan yang dulu. Aku memegang pagarnya yang berkarat mencoba mengulang
kembali waktu. Beda rasanya berdiri menyender dipagar jembatan yang sekarang
dengan yang dulu. Pemandangannya pun berbeda. Dulu sinar matahari langsung
dapat menyinari jembatan ini tapi sekarang, sinar matahari terhalau oleh
gedung-gedung besar. Lama tidak bersua jembatan kenanganku ?
Kini
aku tumbuh menjadi seorang remaja dan bukan lagi kanak-kanak yang pernah kau
lihat. Aku sekarang sudah berani berdiri diatas pagarmu dan berteriak sekencang
yang aku ingin. Aku rindu dengan keramaian yang kau hadirkan di jembatan ini.
Sudah jarang orang-orang berlalu lalang menginjakmu. Mungkin karena keadaan mu
yang sudah tidak bagus lagi. Aku datang untuk bertemu denganmu dan mengenang
masa lalu bersama mu. Aku harap kau masih mengingatku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar