Kamis, 20 Juni 2013

Jembatan Kenangan


Jembatan Kenangan

Diatas jembatan kecil aku berdiri, setengah bersandar ke pagarnya yang rendah, diam memandang arus kendaraan yang berlalu lalang dibawah jembatan. Kendaraan itu melaju kencang tanpa peduli dengan keadaan diatasnya. Aku hanya terdiam dan mengenang masa lalu yang sebagian besar pernah terjadi ditempat ini. Dulu tempat ini begitu cantik, indah saat melihat keadaan jalan di pagi hari. Melihat dari atas, mobil-mobil dan angkutan umum saling menyalip seperti dalam area balapan. Pada pagi hari ketika bola emas memanjat langit dengan cahaya pertama paling bening, ia memantulkan triliyunan tembakan sinarnya sehingga jutaan berlian berpendaran dipermukaannya.
Sebagian kisah cintaku terekam disini. Mungkin dia mengelum senyum maklum saat menyaksikan aku untuk pertama kalinya merayu seorang gadis teman sekolah dengan sikap waspada karena khawatir tertangkap basah orang-orang yang berjalan melewati jembatan ini.
Cinta monyet memang aneh. Tidak lebih lama daripada gerimis sesaat, yang rela sirna jejaknya dihapus terik matahari. Setelah girang sejenak mengecap cinta yang naif, aku termangu murung di pagar jembatan yang sudah mulai berkarat dan dipenuhi oleh coretan pilox warna – warni dengan berbagai tulisannya.
Memikirkan cinta pertama yang diawali dari jembatan penyebrangan ini. Awal aku melihat cinta pertamaku adalah ditempat ini. Jembatan penyebrangan ini memiliki sejarah untuk kisah cintaku yang hanya berlangsung cepat. Di jembatan inilah kami selalu janjian bertemu sehabis pulang sekolah. Dijembatan ini kami melakukan hal yang konyol, yaitu, selalu menghitung berapamobil yang lewat dengan merek dan warna mobil yang sama. Hal itu sangat kekanakan tapi juga sangat mengasikkan. Hal itu juga yang membuat kami bisa menjadi seorang kekasih.
Jembatan ini juga yang menjadi saksi perpisahan diantara kami. Aku putus dengan cinta pertamaku di jembatan ini. Saat itu warna langit yang biru berubah menjadi hitam mendung. Seakan-akan langit ikut merasakan kekecewaan yang sedang aku rasakan.
Aku pun pergi meninggalkan jembatan penyebrangan itu setelah puas mengingat masa lalu yang pernah terjadi di tempat ini. Pergi dengan senyum kecut yang tersungging di wajahku.
Mungkin persahabatan kita tidak semesra dulu. Kini dirimu dipenuhi karat dan wajah perakmu dulu kini sudah berubah menjadi besi yang sudah tidak utuh lagi. Badanmu yang dulu hitam halus diselimuti aspal kini sudah hancur tidak berbentuk. Kemana dirimu yang dulu ?
Aku melewati jembatan yang dulu sering aku lewati sepulang sekolah, keadaannya jauh berbeda dengan yang dulu. Aku memegang pagarnya yang berkarat mencoba mengulang kembali waktu. Beda rasanya berdiri menyender dipagar jembatan yang sekarang dengan yang dulu. Pemandangannya pun berbeda. Dulu sinar matahari langsung dapat menyinari jembatan ini tapi sekarang, sinar matahari terhalau oleh gedung-gedung besar. Lama tidak bersua jembatan kenanganku ?
Kini aku tumbuh menjadi seorang remaja dan bukan lagi kanak-kanak yang pernah kau lihat. Aku sekarang sudah berani berdiri diatas pagarmu dan berteriak sekencang yang aku ingin. Aku rindu dengan keramaian yang kau hadirkan di jembatan ini. Sudah jarang orang-orang berlalu lalang menginjakmu. Mungkin karena keadaan mu yang sudah tidak bagus lagi. Aku datang untuk bertemu denganmu dan mengenang masa lalu bersama mu. Aku harap kau masih mengingatku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar