Jumat, 21 Juni 2013

Perpisahan yang Menyedihkan


Perpisahan yang Menyedihkan

Temaram cahaya dari lampu kota menemani perjalanan kami berdua. Angin malam menghembuskan dinginnya ketubuh kami. Bintang-bintang pun mengedipkan cahayanya pada kami. Suasana yang begitu romantis. Dia menggandeng tanganku erat, tangannya yang hangat membuat ku nyaman bergandengan dengannya. Sepanjang jalan kami hanya diam dan menikmati waktu yang romantis ini. Langit yang dipenuhi bintang menjadi saksi kebahagianku malam itu. kami berjalan melewati lampu-lampu taman yang menyinari sepanjang jalanan. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti disebuah taman dan duduk di sebuah bangku kayu kecil. Kami terdiam sejenak dan menatap langit yang dipenuhi bintang. Tangannya yang hangat masih mencengkramku kuat. Aku tidak ingin melepaskan tanganku darinya. Betapa beruntungnya aku bisa mendapatkan seorang kekasih seperti dia sambil menatap kewajahnya. Wajahnya begitu tampan, entah bagaimana tuhan menciptakannya sampai dia bisa begitu sempurna. Dia bisa saja memilih wanita yang lebih sempurna dan cantik dariku, tapi nyatanya dia lebih memilihku yang apa adanya.
“kenapa memandangiku terus ?” tanyanya yang tiba-tiba membuatku kaget dan langsung membuatku gugup karena dia sadar aku sedang memperhatikannya.
“ga papa. Cuma lagi mensyukuri aja salah satu ciptaan tuhan yang sempurna ada disebelahku” jawabku sambil tersenyum malu.
“selalu saja menganggapku sempurna hanya karena wajahku. Aku sama seperti yang lain tapi tuhan member kelebihan pada diriku” jawabnya kesal.
“ hahaha. Iya, maksudku juga seperti itu” jawabku singkat sambil tertawa.
Malam semakin larut, udara pun semakin dingin menusuk kulit. Kami memutuskan untuk pergi dari taman itu dan pulang. Dia mengantarku sampai rumah. Sesampainya di depan rumah, dia melakukan hal yang membuatku kaget.
Dia menahan tanganku saat aku hendak membuka gerbang. Dia menatapku seolah-olah dia tidak ingin berpisah denganku. Baru kali ini aku melihat tatapan seperti itu selama satu tahun kami berhubungan.
“aku sayang sama kamu. Aku ga mau ngelepasin kamu” katanya dengan suara lirih. Aku yang mendengarnya pun menjadi tersentuh. Entah apa yang membuatnya berbicara seperti itu.
“aku juga sayang sama kamu. Kita ga mungkin pisah. Kamu tau itu kan ?” kataku meyakinkannya.
Akhirnya dia melepaskan genggamannya dari tanganku dan menyuruhku untuk masuk kedalam rumah. Aku pun melambaikan tangan padanya. Dia masih berdiri sampai aku masuk kedalam rumah. Dia pergi setelah aku masuk ke dalam kamarku.
Pagi harinya aku terbangun karena ada telepon masuk. Aku melihat layar handphoneku dan ternyata dari reza. Aku pun tersenyum saat mengangkat telponnya.
“halo, tumben pagi-pagi udah nelpon aku” kataku senang.
“maaf, ini saya dari pihak rumah sakit pertamina. Mas reza kecelakaan dan sekarang sedang ada di UGD. Saya tidak bisa menemukan nomor keluarganya jadi saya menelpon ke nomor ini. Bisakah anda datang ke rumah sakit sekarang ?” kata orang yang ada ditelpon.
Saat aku menerima telpon itu, rasanya waktu berhenti. Aku benar-benar bingung harus apa. Jantungku berdegup kencang sekali, darah didalam tubuhku mengalir kencang. Air mataku jatuh tanpa aku suruh. Aku memanggil mama ku dan menceritakan kejadian yang dialami reza. Mamaku menyuruhku untuk bergegas pergi kerumah sakit. Aku pun bersiap-siap dengan pikirankumyang masih melayang. Aku tidak bisa fokus. Mama akhirnya membantuku bersiap-siap dan mengantarku ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit aku langsung bertanya ke receiptionist rumah sakit. Receiptionist itu mengatakan dimana letak UGD dan memberitahukan bahwa keadaan reza saat dibawa kerumah sakit itu dalam keadaan parah. Itu membuatku semakin jatuh terpuruk. Rasanya tulang yang ada dikakiku ini meleleh karena aku tidak mampu menopang tubuhku sendiri. Mama membantuku berdiri dan menuntunku menuju UGD.
Aku menunggu sambil menangis dan terus berdoa. Mamaku berusaha menenangkanku. Seorang suster keluar dan menanyaiku.
“apakah mba ini, mba rani ?” tanyanya singkat.
“I…iya, saya rani” jawabku sambil sesegukkan.
“kalo begitu apakah mba bisa ikut saya untuk menemui dokter” katanya.
Aku dan mamaku pun mengikuti suster itu dari belakang. Apa yang akan dikatakan dokter pikirku. Aku benar-benar tidak sanggup jika yang ku dengar adalah berita buruk.
Aku masuk kedalam sebuah ruangan, dan disana ada dokter yang mungkin sudah berusia tidak muda lagi. Dia tersenyum padaku saat aku masuk kedalam ruangannya dan mempersilakan aku dan mamaku duduk.
“selamat pagi” katanya sambil terseyum.
“pagi dok. Dokter yang merawat reza bukan ?” tanyaku dengan wajah cemas.
Senyum dokter itu pun lenyap saat aku menanyakan hal itu. ada apa sebenarnya.
“iya, saya yang menangani pasien yang bernama reza. Dia dibawa kerumah sakit pagi tadi sekitar jam 02.00. dia kecelakaan di daerah blok M. dia menjadi korban tabrak lari. Saat dibawa kesini kondisinya sudah parah” katanya serius.
Aku pun langsung histeris saat mendengar penjelasan dokter. Mamaku berusaha menenangkanku. Aku tidak bisa hidup seperti ini rasanya.
“tenang mba rani. Kami sudah berusaha dan mencoba yang terbaik. Namun keadaan mas reza belum membaik. Dia masih kritis” kata dokter padaku sambil menenangkanku.
Aku pun keluar dari ruangan itu dengan perasaan hancur. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu. apakah ini sudah bertanda ? apakah kata-kata itu yang reza maksud ?
Pikiranku pun melayang kemana-mana. Aku berusaha mengingat perkataannya malam tadi. Kata dokter dia dibawa kerumah sakit kira-kira jam 2 pagi. Dia pulang dari rumahku jam 01.00. mungkin kejadian itu terjadi setelah dia mengantarku pulang. Aku merasa bersalah karena mungkin kejadian ini terjadi karena aku memintanya untuk menemaniku sampai larut. Mungkin dia terlalu lelah. Perasaanku menjadi semakin gelap saja.
Dokter mengijinkan aku untuk melihat reza. Aku berusaha menguatkan hati dan tubuh ini supaya aku tidak jatuh pingsan nanti. Aku melangkahkan kaki ku dan betapa terkejutnya diriku melihat reza berada diatas tempat tidur dengan balutan perban di bebrapa bagian tubuhnya. Banyak selang-selang yang berada ditubuhnya. Hatiku hancur melihatnya seperti itu.
Tuhan, mengapa engkau memberikan cobaan yang begitu berat padaku. Bangunkanlah dia dari kritisnya dan sadarkan dia tuhan. Aku mendekat dan mencium kening reza. Tanpa sadar air mataku keluar dengan deras. Aku menggenggam tangannya erat. Dulu tangannya begitu hangat saat menggenggam tanganku. Kini tangannya yang hangat berubah menjadi dingin dan kaku. Wajahnya yang tampan kini tertutup oleh mask oksigen. Dia berubah.
Sudah tiga hari reza dirawat di rumah ssakit dan keadaannya belum membaik. Dia masih belum sadar dari kritisnya. Aku terus berdoa dan selalu menemaninya. Reza memang sudah tidak punya keluarga. Dia pernah bercerita bahwa dia tinggal di Jakarta sendiri. Dia masih mempunyai saudara di belanda, tapi dia tidak pernah memberitahuku keberadaan keluarganya itu di belanda. Aku pun bingung harus bagaimana.
Aku selalu datang membawa bunga supaya ruangan kamarnya tidak terlalu kosong. Aku selalu menceritakan hal-hal yang aku alami setiap hari. Aku selalu mengajaknya berbicara walaupun dia tidak merespon tapi aku tau dia bisa mendengarku.
Seminggu telah berlalu, belum ada kabar baik tentang keadaan reza. Handphone ku bordering bertanda ada panggilan masuk. Aku mengangkatnya dan ternyata itu dari rumah sakit. Aku disuruh datang dengan cepat kerumah sakit. Aku berpikir positif selama perjalanan ke rumah sakit. Mama ku pun menguatkan ku dengan berkata semua akan baik-baik saja.
Saat aku sampai di rumah sakit, aku melihat ada orang yang tidak aku kenal sedang berbicara dengan dokter sambil menangis. Siapa orang itu pikirku. Aku pun mendekat dan aku kaget saat dokter mengatakan bahwa reza sudah tidak ada.
Dunia seakan hancur saat itu juga untukku. Aku tidak bisa percaya aku akan kehilangan reza secepat ini. Aku menangis histeris di lorong rumah sakit. Mamaku pun ikut menangis melihat aku seperti ini. Tuhan, apa aku berbuat salah sehingga kau mengambil dia dariku ? aku tidak ingin dia pergi tuhan, kembalikan dia padaku lagi. Aku menjerit didalam hati.
Reza meninggal pada saat usia hubungan kami menginjak satu tahu lima bulan. Tepat saat anniversary kami. Langit begitu gelap, mungkin langit juga ikut berduka bersamaku. Selamat tinggal cintaku, semoga kita bisa bertemu dan kembali menjadi sepasang kekasih lagi di kehidupan yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar