Perpisahan yang
Menyedihkan
Temaram
cahaya dari lampu kota menemani perjalanan kami berdua. Angin malam
menghembuskan dinginnya ketubuh kami. Bintang-bintang pun mengedipkan cahayanya
pada kami. Suasana yang begitu romantis. Dia menggandeng tanganku erat,
tangannya yang hangat membuat ku nyaman bergandengan dengannya. Sepanjang jalan
kami hanya diam dan menikmati waktu yang romantis ini. Langit yang dipenuhi
bintang menjadi saksi kebahagianku malam itu. kami berjalan melewati lampu-lampu
taman yang menyinari sepanjang jalanan. Akhirnya kami memutuskan untuk berhenti
disebuah taman dan duduk di sebuah bangku kayu kecil. Kami terdiam sejenak dan
menatap langit yang dipenuhi bintang. Tangannya yang hangat masih mencengkramku
kuat. Aku tidak ingin melepaskan tanganku darinya. Betapa beruntungnya aku bisa
mendapatkan seorang kekasih seperti dia sambil menatap kewajahnya. Wajahnya begitu
tampan, entah bagaimana tuhan menciptakannya sampai dia bisa begitu sempurna. Dia
bisa saja memilih wanita yang lebih sempurna dan cantik dariku, tapi nyatanya
dia lebih memilihku yang apa adanya.
“kenapa memandangiku
terus ?” tanyanya yang tiba-tiba membuatku kaget dan langsung membuatku gugup
karena dia sadar aku sedang memperhatikannya.
“ga papa. Cuma lagi
mensyukuri aja salah satu ciptaan tuhan yang sempurna ada disebelahku” jawabku
sambil tersenyum malu.
“selalu saja menganggapku
sempurna hanya karena wajahku. Aku sama seperti yang lain tapi tuhan member kelebihan
pada diriku” jawabnya kesal.
“ hahaha. Iya, maksudku
juga seperti itu” jawabku singkat sambil tertawa.
Malam
semakin larut, udara pun semakin dingin menusuk kulit. Kami memutuskan untuk
pergi dari taman itu dan pulang. Dia mengantarku sampai rumah. Sesampainya di
depan rumah, dia melakukan hal yang membuatku kaget.
Dia
menahan tanganku saat aku hendak membuka gerbang. Dia menatapku seolah-olah dia
tidak ingin berpisah denganku. Baru kali ini aku melihat tatapan seperti itu
selama satu tahun kami berhubungan.
“aku sayang sama kamu. Aku
ga mau ngelepasin kamu” katanya dengan suara lirih. Aku yang mendengarnya pun
menjadi tersentuh. Entah apa yang membuatnya berbicara seperti itu.
“aku juga sayang sama
kamu. Kita ga mungkin pisah. Kamu tau itu kan ?” kataku meyakinkannya.
Akhirnya
dia melepaskan genggamannya dari tanganku dan menyuruhku untuk masuk kedalam
rumah. Aku pun melambaikan tangan padanya. Dia masih berdiri sampai aku masuk
kedalam rumah. Dia pergi setelah aku masuk ke dalam kamarku.
Pagi
harinya aku terbangun karena ada telepon masuk. Aku melihat layar handphoneku
dan ternyata dari reza. Aku pun tersenyum saat mengangkat telponnya.
“halo, tumben pagi-pagi
udah nelpon aku” kataku senang.
“maaf, ini saya dari
pihak rumah sakit pertamina. Mas reza kecelakaan dan sekarang sedang ada di
UGD. Saya tidak bisa menemukan nomor keluarganya jadi saya menelpon ke nomor
ini. Bisakah anda datang ke rumah sakit sekarang ?” kata orang yang ada
ditelpon.
Saat
aku menerima telpon itu, rasanya waktu berhenti. Aku benar-benar bingung harus
apa. Jantungku berdegup kencang sekali, darah didalam tubuhku mengalir kencang.
Air mataku jatuh tanpa aku suruh. Aku memanggil mama ku dan menceritakan
kejadian yang dialami reza. Mamaku menyuruhku untuk bergegas pergi kerumah
sakit. Aku pun bersiap-siap dengan pikirankumyang masih melayang. Aku tidak
bisa fokus. Mama akhirnya membantuku bersiap-siap dan mengantarku ke rumah
sakit.
Sesampainya
di rumah sakit aku langsung bertanya ke receiptionist rumah sakit. Receiptionist
itu mengatakan dimana letak UGD dan memberitahukan bahwa keadaan reza saat
dibawa kerumah sakit itu dalam keadaan parah. Itu membuatku semakin jatuh
terpuruk. Rasanya tulang yang ada dikakiku ini meleleh karena aku tidak mampu
menopang tubuhku sendiri. Mama membantuku berdiri dan menuntunku menuju UGD.
Aku
menunggu sambil menangis dan terus berdoa. Mamaku berusaha menenangkanku. Seorang
suster keluar dan menanyaiku.
“apakah mba ini, mba
rani ?” tanyanya singkat.
“I…iya, saya rani”
jawabku sambil sesegukkan.
“kalo begitu apakah mba
bisa ikut saya untuk menemui dokter” katanya.
Aku
dan mamaku pun mengikuti suster itu dari belakang. Apa yang akan dikatakan
dokter pikirku. Aku benar-benar tidak sanggup jika yang ku dengar adalah berita
buruk.
Aku
masuk kedalam sebuah ruangan, dan disana ada dokter yang mungkin sudah berusia
tidak muda lagi. Dia tersenyum padaku saat aku masuk kedalam ruangannya dan
mempersilakan aku dan mamaku duduk.
“selamat pagi” katanya
sambil terseyum.
“pagi dok. Dokter yang
merawat reza bukan ?” tanyaku dengan wajah cemas.
Senyum
dokter itu pun lenyap saat aku menanyakan hal itu. ada apa sebenarnya.
“iya, saya yang
menangani pasien yang bernama reza. Dia dibawa kerumah sakit pagi tadi sekitar
jam 02.00. dia kecelakaan di daerah blok M. dia menjadi korban tabrak lari. Saat
dibawa kesini kondisinya sudah parah” katanya serius.
Aku
pun langsung histeris saat mendengar penjelasan dokter. Mamaku berusaha
menenangkanku. Aku tidak bisa hidup seperti ini rasanya.
“tenang mba rani. Kami sudah
berusaha dan mencoba yang terbaik. Namun keadaan mas reza belum membaik. Dia masih
kritis” kata dokter padaku sambil menenangkanku.
Aku
pun keluar dari ruangan itu dengan perasaan hancur. Apa yang sebenarnya terjadi
malam itu. apakah ini sudah bertanda ? apakah kata-kata itu yang reza maksud ?
Pikiranku
pun melayang kemana-mana. Aku berusaha mengingat perkataannya malam tadi. Kata dokter
dia dibawa kerumah sakit kira-kira jam 2 pagi. Dia pulang dari rumahku jam
01.00. mungkin kejadian itu terjadi setelah dia mengantarku pulang. Aku merasa
bersalah karena mungkin kejadian ini terjadi karena aku memintanya untuk
menemaniku sampai larut. Mungkin dia terlalu lelah. Perasaanku menjadi semakin
gelap saja.
Dokter
mengijinkan aku untuk melihat reza. Aku berusaha menguatkan hati dan tubuh ini
supaya aku tidak jatuh pingsan nanti. Aku melangkahkan kaki ku dan betapa
terkejutnya diriku melihat reza berada diatas tempat tidur dengan balutan
perban di bebrapa bagian tubuhnya. Banyak selang-selang yang berada ditubuhnya.
Hatiku hancur melihatnya seperti itu.
Tuhan,
mengapa engkau memberikan cobaan yang begitu berat padaku. Bangunkanlah dia
dari kritisnya dan sadarkan dia tuhan. Aku mendekat dan mencium kening reza. Tanpa
sadar air mataku keluar dengan deras. Aku menggenggam tangannya erat. Dulu tangannya
begitu hangat saat menggenggam tanganku. Kini tangannya yang hangat berubah
menjadi dingin dan kaku. Wajahnya yang tampan kini tertutup oleh mask oksigen. Dia
berubah.
Sudah
tiga hari reza dirawat di rumah ssakit dan keadaannya belum membaik. Dia masih
belum sadar dari kritisnya. Aku terus berdoa dan selalu menemaninya. Reza memang
sudah tidak punya keluarga. Dia pernah bercerita bahwa dia tinggal di Jakarta sendiri.
Dia masih mempunyai saudara di belanda, tapi dia tidak pernah memberitahuku
keberadaan keluarganya itu di belanda. Aku pun bingung harus bagaimana.
Aku
selalu datang membawa bunga supaya ruangan kamarnya tidak terlalu kosong. Aku selalu
menceritakan hal-hal yang aku alami setiap hari. Aku selalu mengajaknya
berbicara walaupun dia tidak merespon tapi aku tau dia bisa mendengarku.
Seminggu
telah berlalu, belum ada kabar baik tentang keadaan reza. Handphone ku bordering
bertanda ada panggilan masuk. Aku mengangkatnya dan ternyata itu dari rumah
sakit. Aku disuruh datang dengan cepat kerumah sakit. Aku berpikir positif
selama perjalanan ke rumah sakit. Mama ku pun menguatkan ku dengan berkata
semua akan baik-baik saja.
Saat
aku sampai di rumah sakit, aku melihat ada orang yang tidak aku kenal sedang berbicara
dengan dokter sambil menangis. Siapa orang itu pikirku. Aku pun mendekat dan
aku kaget saat dokter mengatakan bahwa reza sudah tidak ada.
Dunia
seakan hancur saat itu juga untukku. Aku tidak bisa percaya aku akan kehilangan
reza secepat ini. Aku menangis histeris di lorong rumah sakit. Mamaku pun ikut
menangis melihat aku seperti ini. Tuhan, apa aku berbuat salah sehingga kau
mengambil dia dariku ? aku tidak ingin dia pergi tuhan, kembalikan dia padaku
lagi. Aku menjerit didalam hati.
Reza
meninggal pada saat usia hubungan kami menginjak satu tahu lima bulan. Tepat saat
anniversary kami. Langit begitu gelap, mungkin langit juga ikut berduka
bersamaku. Selamat tinggal cintaku, semoga kita bisa bertemu dan kembali
menjadi sepasang kekasih lagi di kehidupan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar