Mimpi yang tidak pernah akan menjadi
Kenyataan
Mimpi merefleksikan wajahmu dengan lebih nyata. Pikiranku
terasa lebih mudah menscenario semua seperti keinginanku. Aku sangat
menikmatinya tak kupedulikan kata hatiku bahwa ini hanya “mimpi”. Sebagus
apapun mimpi tetaplah mimpi. Tidak! Biarkan aku mempercayai angan-anganku,
karena hanya itu yang bisa aku lakukan. Biarkan aku bahagia karena tiada hal
lain yang bisa membuatku bahagia. Tuhan! sungguh aku mensyukuri keadaan ini aku
merasa takjub sampai tak sanggup ku lukiskan bagaimana seharusnya aku
berbahagia?
Mimpi tetaplah perhiasan kalbu. Indah memang tapi kamu
takkan menikmatinya lama. Aku tersentak seketika sesal menghujamku. Mengapa
semua berjalan begitu cepat? Jika hanya mimpi yang membuatku bahagia mengapa
aku tidak hidup saja dalam dunia mimpi?!
Aku tak tahu kenapa sampai detik ini aku tak bisa
melupakanmu. Haruskah aku terus mengingatmu sedang aku tak yakin apa kamu
mengingatku? Tapi haruskah aku melupakanmu sedang hatiku selalu merindukanmu?
Ketika badai kerinduan menerjang sanggupkah aku membendungnya? Manusia manakah
yang sanggup melakukannya? Manusia tetaplah makhluk lemah yang butuh cinta
untuk memantapkan hidupnya. Hatinya akan senantiasa haus akan tetesan embun
cinta. Dan aku yakin hatiku hanya membutuhkan kamu!
Malam ini adalah malam dimana badai rindu kembali
mencabik-cabik tubuhku, melumpuhkan segenap pertahanan. Badai yang senantiasa
membesar karena tak menemukan muaranya. Kubuktikan diriku makhluk lemah itu.
Terjatuh, terawang-awang dipermainkan badai. Gigil dingin hanya mengangahkan
luka-lukaku, kelabat bayangmu begitu nyata begitu terasa. Ketika tangan ini berusaha
menyentuhmu, tiada hal lain yang kutemukan selain kehampaan. Aku sadar yang
kubutuhkan sekarang bukan ilusi lagi. Aku ingin kau nyata dan hadir di depanku.
Kamulah obat dari dahaga rinduku, kamulah yang sanggup mengairi hatiku yang
kering. Membuatku hidup kembali!
Detak jam malam ini terasa mengejekku, dan seketika itu
hadirlah ribuan panah penyesalan menghujamku satu per satu. Ya Tuhan inikah
hukumanMu? Aku menyesal Tuhan, sungguh tak kutahu semuanya akan jadi begini.
Maafkanlah karena aku telah membohongi hatiku. Akulah yang telah merusak kebun
cinta yang telah Kau semaikan dalam tubuhku. Cinta sama sekali tidak
sesederhana yang kupikirkan, Cinta adalah anugerah yang harus aku jaga agar
tetap tumbuh dalam hati. Hukuman berat patut didapat bagi mereka yang
mencampakan cinta!
Satu-satunya yang aku punya sekarang hanya kenangan indah
tentangmu. Kamulah yang menumbuhkan benih-benih cinta dalam hatiku. Cinta hadir
dengan tulus tanpa perlu sesuatu yang dibuat-buat, datang dengan apa adanya tak
perlu hiasan karena cinta lebih berharga dari itu. Cinta selalu terlihat agung
dan tak satupun perhiasan yang sanggup menandinginya bahkan kata-katapun terasa
tak berguna karenanya.
Aku mengagumi semua tentangmu. Tentang kesempurnaan yang
terwujud dalam paras dan sikapmu. Sungguh makhluk sempurna yang tak berhenti
memunculkan kekagumanku. Sosokmu seperti potret abadi yang terekam dalam
benakku. Aku tidak akan melupakan matamu karena itu pintu gerbang keindahanmu.
Awal semua keagungan berwujud. Dari matamu keteduhan tersembul deras. Aku ingin
menari-nari di sudut mata itu. Tapi mungkin itu hanya kemustahilan! Ya akan
sangat tidak mungkin ketika mata itu memilihku. Sungguh bodoh! Sekejap diriku
seperti anak kecil yang senantiasa manja di pelukan ibunya. Dan aku selalu ingin
berlindung di matamu, memperoleh sedikit payung kasihmu. Memanjakan diri ini
dari hidup yang kian penat.
Tangan yang selalu siap menjulur kepada siapapun yang
memerlukan. Tulus hatimu melembutkan kulit tanganmu, kamu tidak perlu
membuatnya jadi indah. Karena indah akan hadir dengan sendirinya tak perlu
perhiasan apapun. Seandainya kata-kata ini bisa kubentuk menjadi serpihan
udara, aku ingin menitipkannya biar sampai di telingamu. Akulah sosok itu sosok
yang perlu pertolongan cepat. Bara ini telah membakar tubuhku sebelum menjadi
debu aku perlu uluran tanganmu menyejukkan tubuhku.
Kurasa Dian adalah nama yang tepat mewakili sempurnamu. Dian
seberkas cahaya berkilauan yang menerangi setiap relung jiwa. Kau penerang
langkahku jika yang kutemui hanya gelap. Kau peneduh jiwa ketika hati ini perlu
berlindung. Kau penunjuk arah ketika langkah ini tersesatkan. Kau adalah arah
langkahku. Tujuan hidup yang ingin aku capai segera. Dimanakah diriku yang lain
berada?
Dian sampai kapanpun adalah cahayaku. Mungkin cahaya itu
telah menemukan tempatnya? Mungkin langit berhasil membujuknya? Bagiku tidaklah
masalah jika kau memutuskan untuk diam karena bertemu peraduanmu. Aku sadar
padanan cahaya adalah langit bukan seonggok debu. Hanya langit yang sanggup
menjadi singgasana bagi cahaya.
Jika perhiasan langit menjadi pelengkap sempurnamu aku turut
bersyukur. Kau telah menemukan pencarian terpenting dalam hidupmu kau telah
menemukan keutuhan hatimu. Maka terbanglah jadi penerang bagi setiap insan
selaik matahari Ibumu!
Sedang aku biarlah terpuruk di sin! Biarlah aku menjadi
laron-laronmu. Hidupku adalah pencarian tentang hadirmu. Dengan sayapku yang
sepasang kan kuarungi lautan waktu tak peduli seribu tahun aku kan mencari dan
mencari. Kesabaran akan aku retas setiap saat, seperti matahari harapan yang
senantiasa terbit menyapu kegelapan. Dan jika suatu malam takdir
mempertemukanku denganmu. Maka biarkan aku menyatu dalam pesonamu. Berikan aku
cahayamu terangi jiwaku bangkitkan pijar yang mulai meredup. Basuhlah ragaku yang
porak-poranda oleh takdir penantian. Kamulah penawar kehampaan hidupku maka
sempurnalah diriku ketika kamu hadir menjadi matahari di hatiku. Bagaimana aku
berterima kasih jika tidak ada tanda yang bisa aku berikan. Dihadapanmu semua
bagai tak berarti maka biarlah raga dan jiwaku menjadi persembahan. Terimalah
karena hanya itu yang aku punya. Ketika kamu menyentuhku sesungguhnya semua
sudah menjadi milikmu. Aku memang tiada punya hak atas diriku.
Biarlah laron mati karena kebahagiaannya, pencariannya telah
tertuntaskan. Mimpi-mimpinya telah tersemai dan jiwanya telah menyatu dengan
kebahagiaannya.
Salah satu warisan malam adalah kelelapan. Badai ini telah
mencapai puncak dan aku dihempaskannya kembali ke daratan lengkap dengan segala
yang telah kutemukan. Ombak telah menitipkan aku perahu untuk menolongku
mengarungi badai selajutnya.
Diantara keraguan kutemukan kepastian Dalam kehancuran
kutemukan kebangkitan. Diantara penyesalan kutemukan kelepasan. Tuhan selalu
punya cara menolong manusia. Kugenggam bulat-bulat hatiku kutemukan kembali
gairahku yang hilang. Kini kupastikan hidupku meniru langkah laron. Karena kita
memang punya banyak persamaan tentang nasib dan tujuan yang sama. Kita punya
kepak sayap yang kecil untuk mewujudkan cita-cita kita. Aku harus bangkit dari
keterpurukan ini waktu masih menyisakan harapannya sebentar lagi. Dan ketika
fajar tiba aku ingin bersyukur menjalani titian hidup sebagai laron pencari
cahaya.
Setiap
senja Wangi nafasmu bertiup
meluluhkan
malam
menjadi
semakin kelam
seribu
harapan terpanggang
di
setiap gang penuh bunga api
gairah
fajar menjadi layu
paginya
mentari tak mekar
di
setiap tatapan
bangkit
dari mimpi
terjaga
tiada henti
setiap
detik
detak
jantungmu diperdengarkan
angka-angka
yang
kian gagah
menggagahi
kepasrahan.
entah
kapan lagi
keberanian
hidup
diwariskan
kepada setiap jiwa
di
negeri pasrah ini.
berlubang-lubang
rindu telah dalam menyemat tanya setiap hati mengapa luka mengapa
merindu menjadikan sunyi bertambah lara tidak cukup angin memenjarakan
rasa dalam tabung kata yang dituai rindu merengkuhnya tak pernah ingin lepas
disini pagi berteman embun dan airmata membungkam matahari untuk meredup biar
ragu tak lagi hadir diantara celah kau dan aku pahamilah kesulitan jiwaku
memecah rindu untuk kau silangkan bersama ragu-ragu yang mendekap dalam hari
berlembar hari betapa rasaku selalu untukmu mencintai merindukan tanpa ada ragu
untuk kau hembuskan dari nafasmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar