Masa
Lalu Yang Datang Menemuiku
Part1
Kadang
cinta tumbuh dan hadir tidak mengenal waktu, usia, tempat dan siapa. Cinta bisa
tumbuh kapan saja dan pada siapa saja. Cinta datang pada siapa saja tanpa
diketahui. Rasa cinta muncul dengan berbagai cara. Kadang cinta tumbuh melalui
pertemuan yang sering atau pada saat pertama kali berjumpa. Cinta tidak
mengenal itu musuh, sahabat, guru, saudara atau orang yang baru kita lihat.
Kisah
cintaku ini tumbuh melalui kejadian yang tidak disengaja. Rasa cintaku ini
tumbuh dengan sendirinya tanpa aku sadari. Aku mencintai teman kecilku dulu di
bangku sekolah dasar. Pertemuan yang tidak sengaja ini membuatku merasakan
cinta pada teman kecilku ini.
Dulu
saat di bangku sekolah dasar aku dan dia adalah seorang musuh. Setiap kami
bertemu kami akan selalu bertengkar. Entah itu fisik ataupun cacian seorang
anak kecil pada temannya. Dia selalu menggangguku dengan cara meledek dengan
menyebutkan nama orangtua ku. Dulu ejekan dengan menyebut nama orang tua itu
sangat terkenal. Dan ejekan itu mampu membuat setiap anak akan marah jika nama
ayah atau ibunya diledekin. Itulah yang sering dia lakukan padaku dulu. Aku
akan membalas mengejeknya lagi dengan cara yang sama, yaitu menyebut nama
ayahnya sambil berteriak-teriak di depan kelas jika dia meledekku duluan. Hal
yang memang sangat kekanakkan, namun itulah cerita masa kecilku.
Waktu
terus berjalan dan kami pun sudah beranjak ke umur yang sudah bukan termasuk
dalam kategori anak-anak. Pikiran kami mulai dewasa dan perilaku kami yang dulu
seperti anak kecil pun berubah menjadi seorang yang berani dan akan berpikir
sebelum bertindak. Aku dan dia sekarang duduk di kelas enam sekolah dasar. Kami
berpisah karena kelas kami dibagi menjadi dua kelas, ada VI A dan VI B. Aku
dikelas A dan dia dikelas B. Setelah kami naik kekelas enam, kami berdua jarang
ledek-ledekan lagi ataupun berbicara. Kami menjadi jauh saat itu, padahal kelas
kami bersebelahan. Aku pun lebih focus pada pelajaran saat itu karena kelas
enam sudah akan ujian nasional. Setiap berpapasan dengannya aku selalu
menghindari kontak mata dengannya, aku selalu menghindr dan pura-pura tidak
melihatnya jika bertemu dengannya. Aku juga bingung kenapa aku bisa bersikap
seperti ini, tapi ya sudahlah kembali focus ke pelajaran saja.
Ujian
nasional tingkat SD pun dimulai. saat ujian aku sedang sakit gejala demam
berdarah. Tubuhku panas dan mataku berat sekali rasanya untuk dibuka. Aku pun
berusaha mengerjakan soal ujian itu sebisaku. Setelah selesai aku tidur dikelas
tanpa aku sadari. Pengawas pun tidak memperdulikan aku. Saat waktu sudah habis
aku dibangunkan oleh dia supaya mengumpulkan lembar jawabanku. Aku tersentak
kaget karena dia membangunkanku dengan cara menggebrak meja yamg aku tempati.
Aku pun terbangun dan langsung memukul punggungnya dengan kencang. Dia hanya
tersenyum melihat ekspresi marahku itu. aku pun langsung pulang setelah ujian
hari itu selesai. Aku pulang sendiri tanpa dijemput oleh ibuku. Aku berjalan
melewati jalan yang biasanya aku lewati saat pulang. Sepi memang karena
teman-temanku yang biasa pulang bareng masih berada disekolah. Dari arah
belakang terdengar suara orang berlari. Aku pun menoleh dan melihat sosok anak
laki-laki dan sepertinya aku kenal. Benar, sosok yang lari ke arahku itu dia.
“nih jaketmu ketinggalan
dikelas tadi” katanya sambil memberikan jaketku yang memang tertinggal.
“makasih ya, sorry
ngerepotin” kataku malu.
“makanya kalo dikelas
jangan tidur terus” katanya sambil mengejekku.
Mendengar
ucapannya itu aku langsung berpaling dan meninggalkan orang menyebalkan itu.
dalam hatiku menggerutu sebal karena malu ketahuan tidur dikelas.
“eh mau kemana, udah
ditolongin juga” katanya kesal karena aku tinggal pergi saat dia berbicara
padaku.
“bodo” jawabku ketus
dan aku pun mempercepat jalanku.
Sampai
dirumah aku langsung berganti pakaian dan langsung makan supaya bisa minum
obat. Setelah makan aku pun langsung tidur dan menarik selimut supaya keringat
yang ada di badanku keluar. Orang tua ku sangat khawatir dengan keadaanku ini.
Aku sakit di saat aku sedang menghadapi ujian nasional. Aku pun harus kuat
menjalani ini supaya bisa berhasil dan lulus.
Seminggu
telah aku lalui bersama-sama soal ujian nasional dan sakit yang aku derita.
Tinggal menunggu hasilnya dan bersiap-siap memasuki jenjang sekolah berikutnya.
Waktu rasanya begitu cepat, rasanya baru kemarin aku menangis di dalam kelas
karena disuruh membaca, tapi sekarang aku sudah keluar dari sekolah dasar ini.
Hari
kelulusan pun tiba dan sekarang tinggal mempersiapkan diri mengikuti ujian
masuk ke sekolah menengah pertama negeri. Aku mengikuti tes itu bersama-sama
dengan teman-temanku di SD. Aku berada satu kelas dengan dia. Tidak pernah
menyangka masih bisa bertemu dengan orang menyebalkan itu. Akhirnya ujian
dimulai, aku berdoa dulu sebelum mengerjakannya. Waktu terus berjalan, dan
waktu ujian pun selesai. Berharap hasilnya bisa membawaku ke sekolah yang aku
idam-idamkan.
Beberapa
minggu kemudian, hasil ujian keluar. Aku diterima di sekolah yang tidak aku
inginkan. Tapi apadaya pikirku. Aku juga sudah cukup senang bisa masuk ke
sekolah negeri. Aku pun menanyai beberapa teman dekatku dimana mereka diterima.
Banyak yang satu sekolah denganku tapi aku jadi malas karena musuhku di SD juga
masuk di sekolah yang sama denganku. Aku berpikir akan selalu bertemu selama
tiga tahun ini dengannya. Entah apa yang akan terjadi nantinya.
Hari
pertama masuk sekolah, aku bingung mana kelasku. Aku tidak punya teman dari SD
yang sama dikelasku. Aku pun mencari kelasku dan bertemu dengan orang
menyebalkan itu.
“kamu masuk di SMP sini
juga?” Tanya dia padaku dengan muka yang tidak percaya.
“iya” jawabku singkat.
“dapat kelas berapa?”
tanyanya lagi padaku.
Aku
berharap tidak satu kelas dengannya, aku sudah merasa kesal enam tahun
bersekolah yang sama dengannya.
“7-5” jawabku malas sambil
lanjut mencari ruang kelasku.
“oh 7-5, aku 7-3”
jawabnya dengan senyum.
“bodo amat, siapa juga
yang nanya kamu” jawabku dalam hati. Akhirnya aku pun meninggalkannya dan masih
berusaha mencari ruang kelasku.
Aku
pun menemukannya dan saat aku masuk, tidak seorang pun yyang aku kenal. Aku pun
memilih kursi yang masih kosong dan langsung duduk terdiam.
Aku
harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Aku benar-benar tidak
menyangka sekarang aku sudah duduk di SMP. Aku mulai menjalin komunikasi dengan
teman-teman kelasku yang baru. Kami berjalan bersama untuk jajan saat jam
istirahat. Aku menghindari bertemu dengan musuhku itu saat jam istirahat.
Waktu
berjalan begitu cepat, sekarang aku sudah naik kekelas 8. Aku menjalani satu
tahun hidupku dengan cepat di sekolah ini. Aku datang dari senin sampai sabtu,
berjalan dijalan yang sama setiap hari, belajar diruangan yang sama. Hal – hal
ini membuat aku tidak merasakan adanya waktu. Aku pun melanjutkan langkahku
kekelas baruku, yaitu 8-2. Kelas 2 dan 1 dibagi menjadi kelas pagi dan siang.
Kelas 8-1 sampai 8-5 masuk pagi. Aku mendapat kelas pagi dan tanpa aku sadari
dia juga masuk pagi. Dia mendapat kelas 8-5. Cukup jauh dari kelasku. Aku
berharap pertemuan-pertemuan yang tidak sengaja akan terjadi nanti tidak
membuatku menjadi berubah. Aku memutuskan untuk tidak berbicara atau
menjauhinya. Aku tidak ingin berdekatan dengannya ataupun mengobrol dengannya.
Ada
saat dimana aku sempat mendengar kalau dia mengaku pada teman sekelasnya kalau
aku itu adalah pacarnya. Aku pun kaget karena mendengar perkataan temanku yang
satu kelas dengannya. Aku pun langsung membantahnya dan langsung menemui orang
itu. beruntung dia sedang ada dikelasnya. Aku pun langsung menuju ke kmeja yang
dia tempati. Aku langsung menanyakan perkataan temanku yang berkata tentang
hubungan kami. Dia pun hanya terdiam saat aku menanyakan maksud dari ucapannya
dia pada teman-teman sekelasnya bahwa kami berpacaran. Aku langsung marah
padanya dan langsung keluar dari kelas. Dia pun tidak mengucapkan kata-kata
yang ingin aku dengar.
Dari
kejadian itu aku pun memusuhinya dan tidak pernah mau lagi melihat atau
berpapasan dengannya. Hubungan kami berdua pun semakin memburuk sejak itu.
Aku
pun berusaha untuk tidak terganggu dengan keadaan ini. Aku berusaha menjadi
siswa yang berprestasi dan memiliki banyak teman dan tidak punya musuh.
Pergaulanku pun meluas. Aku punya banyak teman, aku dikenal banyak orang karena
keterbukaanku. Aku berusaha menjadi seseorang yang menyenangkan dan tidak
banyak menarik perhatian. Hidupku si sekolah menengah ini benar-benar berwarna,
dari membuat kelompok, menyukai kakak kelas, membicarakan orang, nongkrong di
kantin saat pelajaran berlangsung. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian
yang terjadi di sekolah menengah pertama ini.
Saat
kenaikan kelas tiga, aku mendapat kelas 9-5. Kelas ku bersebelahan dengan orang
menyebalkan itu. Tidak bisa aku hindari pertemuan-pertemuan yang tidak
disengaja dengannya. Rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya aku bisa lepas
dari pandangannya itu.
Waktu
yang aku tunggu-tunggu pun tiba, hari kelulusan. Aku menunggu tukang pos datang
dan memberikan surat kelulusan ke rumahku. Aku dan keluargaku menunggu dengan
tenang sampai akhirnya surat y ang ditunggu pun datang. Aku pun langsung
membuka surat itu dan melihat tulisan “LULUS”. Aku langsung bersyukur kepada
tuhan atas kelulusanku dan aku jadi bisa berpisah dari orang itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar