Kamis, 23 Mei 2013

Masa Lalu Yang Datang Menemuiku part 1


Masa Lalu Yang Datang Menemuiku
Part1
Kadang cinta tumbuh dan hadir tidak mengenal waktu, usia, tempat dan siapa. Cinta bisa tumbuh kapan saja dan pada siapa saja. Cinta datang pada siapa saja tanpa diketahui. Rasa cinta muncul dengan berbagai cara. Kadang cinta tumbuh melalui pertemuan yang sering atau pada saat pertama kali berjumpa. Cinta tidak mengenal itu musuh, sahabat, guru, saudara atau orang yang baru kita lihat.
Kisah cintaku ini tumbuh melalui kejadian yang tidak disengaja. Rasa cintaku ini tumbuh dengan sendirinya tanpa aku sadari. Aku mencintai teman kecilku dulu di bangku sekolah dasar. Pertemuan yang tidak sengaja ini membuatku merasakan cinta pada teman kecilku ini.
Dulu saat di bangku sekolah dasar aku dan dia adalah seorang musuh. Setiap kami bertemu kami akan selalu bertengkar. Entah itu fisik ataupun cacian seorang anak kecil pada temannya. Dia selalu menggangguku dengan cara meledek dengan menyebutkan nama orangtua ku. Dulu ejekan dengan menyebut nama orang tua itu sangat terkenal. Dan ejekan itu mampu membuat setiap anak akan marah jika nama ayah atau ibunya diledekin. Itulah yang sering dia lakukan padaku dulu. Aku akan membalas mengejeknya lagi dengan cara yang sama, yaitu menyebut nama ayahnya sambil berteriak-teriak di depan kelas jika dia meledekku duluan. Hal yang memang sangat kekanakkan, namun itulah cerita masa kecilku.
Waktu terus berjalan dan kami pun sudah beranjak ke umur yang sudah bukan termasuk dalam kategori anak-anak. Pikiran kami mulai dewasa dan perilaku kami yang dulu seperti anak kecil pun berubah menjadi seorang yang berani dan akan berpikir sebelum bertindak. Aku dan dia sekarang duduk di kelas enam sekolah dasar. Kami berpisah karena kelas kami dibagi menjadi dua kelas, ada VI A dan VI B. Aku dikelas A dan dia dikelas B. Setelah kami naik kekelas enam, kami berdua jarang ledek-ledekan lagi ataupun berbicara. Kami menjadi jauh saat itu, padahal kelas kami bersebelahan. Aku pun lebih focus pada pelajaran saat itu karena kelas enam sudah akan ujian nasional. Setiap berpapasan dengannya aku selalu menghindari kontak mata dengannya, aku selalu menghindr dan pura-pura tidak melihatnya jika bertemu dengannya. Aku juga bingung kenapa aku bisa bersikap seperti ini, tapi ya sudahlah kembali focus ke pelajaran saja.
Ujian nasional tingkat SD pun dimulai. saat ujian aku sedang sakit gejala demam berdarah. Tubuhku panas dan mataku berat sekali rasanya untuk dibuka. Aku pun berusaha mengerjakan soal ujian itu sebisaku. Setelah selesai aku tidur dikelas tanpa aku sadari. Pengawas pun tidak memperdulikan aku. Saat waktu sudah habis aku dibangunkan oleh dia supaya mengumpulkan lembar jawabanku. Aku tersentak kaget karena dia membangunkanku dengan cara menggebrak meja yamg aku tempati. Aku pun terbangun dan langsung memukul punggungnya dengan kencang. Dia hanya tersenyum melihat ekspresi marahku itu. aku pun langsung pulang setelah ujian hari itu selesai. Aku pulang sendiri tanpa dijemput oleh ibuku. Aku berjalan melewati jalan yang biasanya aku lewati saat pulang. Sepi memang karena teman-temanku yang biasa pulang bareng masih berada disekolah. Dari arah belakang terdengar suara orang berlari. Aku pun menoleh dan melihat sosok anak laki-laki dan sepertinya aku kenal. Benar, sosok  yang lari ke arahku itu dia.
“nih jaketmu ketinggalan dikelas tadi” katanya sambil memberikan jaketku yang memang tertinggal.
“makasih ya, sorry ngerepotin” kataku malu.
“makanya kalo dikelas jangan tidur terus” katanya sambil mengejekku.
Mendengar ucapannya itu aku langsung berpaling dan meninggalkan orang menyebalkan itu. dalam hatiku menggerutu sebal karena malu ketahuan tidur dikelas.
“eh mau kemana, udah ditolongin juga” katanya kesal karena aku tinggal pergi saat dia berbicara padaku.
“bodo” jawabku ketus dan aku pun mempercepat jalanku.
Sampai dirumah aku langsung berganti pakaian dan langsung makan supaya bisa minum obat. Setelah makan aku pun langsung tidur dan menarik selimut supaya keringat yang ada di badanku keluar. Orang tua ku sangat khawatir dengan keadaanku ini. Aku sakit di saat aku sedang menghadapi ujian nasional. Aku pun harus kuat menjalani ini supaya bisa berhasil dan lulus.
Seminggu telah aku lalui bersama-sama soal ujian nasional dan sakit yang aku derita. Tinggal menunggu hasilnya dan bersiap-siap memasuki jenjang sekolah berikutnya. Waktu rasanya begitu cepat, rasanya baru kemarin aku menangis di dalam kelas karena disuruh membaca, tapi sekarang aku sudah keluar dari sekolah dasar ini.
Hari kelulusan pun tiba dan sekarang tinggal mempersiapkan diri mengikuti ujian masuk ke sekolah menengah pertama negeri. Aku mengikuti tes itu bersama-sama dengan teman-temanku di SD. Aku berada satu kelas dengan dia. Tidak pernah menyangka masih bisa bertemu dengan orang menyebalkan itu. Akhirnya ujian dimulai, aku berdoa dulu sebelum mengerjakannya. Waktu terus berjalan, dan waktu ujian pun selesai. Berharap hasilnya bisa membawaku ke sekolah yang aku idam-idamkan.
Beberapa minggu kemudian, hasil ujian keluar. Aku diterima di sekolah yang tidak aku inginkan. Tapi apadaya pikirku. Aku juga sudah cukup senang bisa masuk ke sekolah negeri. Aku pun menanyai beberapa teman dekatku dimana mereka diterima. Banyak yang satu sekolah denganku tapi aku jadi malas karena musuhku di SD juga masuk di sekolah yang sama denganku. Aku berpikir akan selalu bertemu selama tiga tahun ini dengannya. Entah apa yang akan terjadi nantinya.
Hari pertama masuk sekolah, aku bingung mana kelasku. Aku tidak punya teman dari SD yang sama dikelasku. Aku pun mencari kelasku dan bertemu dengan orang menyebalkan itu.
“kamu masuk di SMP sini juga?” Tanya dia padaku dengan muka yang tidak percaya.
“iya” jawabku singkat.
“dapat kelas berapa?” tanyanya lagi padaku.
Aku berharap tidak satu kelas dengannya, aku sudah merasa kesal enam tahun bersekolah yang sama dengannya.
“7-5” jawabku malas sambil lanjut mencari ruang kelasku.
“oh 7-5, aku 7-3” jawabnya dengan senyum.
“bodo amat, siapa juga yang nanya kamu” jawabku dalam hati. Akhirnya aku pun meninggalkannya dan masih berusaha mencari ruang kelasku.
Aku pun menemukannya dan saat aku masuk, tidak seorang pun yyang aku kenal. Aku pun memilih kursi yang masih kosong dan langsung duduk terdiam.
Aku harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Aku benar-benar tidak menyangka sekarang aku sudah duduk di SMP. Aku mulai menjalin komunikasi dengan teman-teman kelasku yang baru. Kami berjalan bersama untuk jajan saat jam istirahat. Aku menghindari bertemu dengan musuhku itu saat jam istirahat.
Waktu berjalan begitu cepat, sekarang aku sudah naik kekelas 8. Aku menjalani satu tahun hidupku dengan cepat di sekolah ini. Aku datang dari senin sampai sabtu, berjalan dijalan yang sama setiap hari, belajar diruangan yang sama. Hal – hal ini membuat aku tidak merasakan adanya waktu. Aku pun melanjutkan langkahku kekelas baruku, yaitu 8-2. Kelas 2 dan 1 dibagi menjadi kelas pagi dan siang. Kelas 8-1 sampai 8-5 masuk pagi. Aku mendapat kelas pagi dan tanpa aku sadari dia juga masuk pagi. Dia mendapat kelas 8-5. Cukup jauh dari kelasku. Aku berharap pertemuan-pertemuan yang tidak sengaja akan terjadi nanti tidak membuatku menjadi berubah. Aku memutuskan untuk tidak berbicara atau menjauhinya. Aku tidak ingin berdekatan dengannya ataupun mengobrol dengannya.
Ada saat dimana aku sempat mendengar kalau dia mengaku pada teman sekelasnya kalau aku itu adalah pacarnya. Aku pun kaget karena mendengar perkataan temanku yang satu kelas dengannya. Aku pun langsung membantahnya dan langsung menemui orang itu. beruntung dia sedang ada dikelasnya. Aku pun langsung menuju ke kmeja yang dia tempati. Aku langsung menanyakan perkataan temanku yang berkata tentang hubungan kami. Dia pun hanya terdiam saat aku menanyakan maksud dari ucapannya dia pada teman-teman sekelasnya bahwa kami berpacaran. Aku langsung marah padanya dan langsung keluar dari kelas. Dia pun tidak mengucapkan kata-kata yang ingin aku dengar.
Dari kejadian itu aku pun memusuhinya dan tidak pernah mau lagi melihat atau berpapasan dengannya. Hubungan kami berdua pun semakin memburuk sejak itu.
Aku pun berusaha untuk tidak terganggu dengan keadaan ini. Aku berusaha menjadi siswa yang berprestasi dan memiliki banyak teman dan tidak punya musuh. Pergaulanku pun meluas. Aku punya banyak teman, aku dikenal banyak orang karena keterbukaanku. Aku berusaha menjadi seseorang yang menyenangkan dan tidak banyak menarik perhatian. Hidupku si sekolah menengah ini benar-benar berwarna, dari membuat kelompok, menyukai kakak kelas, membicarakan orang, nongkrong di kantin saat pelajaran berlangsung. Aku tidak akan pernah melupakan kejadian yang terjadi di sekolah menengah pertama ini.
Saat kenaikan kelas tiga, aku mendapat kelas 9-5. Kelas ku bersebelahan dengan orang menyebalkan itu. Tidak bisa aku hindari pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja dengannya. Rasanya aku ingin mempercepat waktu supaya aku bisa lepas dari pandangannya itu.
Waktu yang aku tunggu-tunggu pun tiba, hari kelulusan. Aku menunggu tukang pos datang dan memberikan surat kelulusan ke rumahku. Aku dan keluargaku menunggu dengan tenang sampai akhirnya surat y ang ditunggu pun datang. Aku pun langsung membuka surat itu dan melihat tulisan “LULUS”. Aku langsung bersyukur kepada tuhan atas kelulusanku dan aku jadi bisa berpisah dari orang itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar