Kamis, 09 Mei 2013

PERTEMUAN YANG MENGESANKAN


Pertemuan Yang Mengesankan
Hari ini aku tak punya lagi pasangan atau bisa disebut single. Namun aku senang punya teman baru walaupun kadang suka menjengkelkan dan jutek sama orang ini karena teman baruku ini adalah sahabat dari mantan kekasihku. Dengan wajahku yang pas-pasan ini aku memulai hidup tanpa seorang kekasih di sampingku sekarang. Sedih sebenarnya karena sudah begitu lama mencintai seseorang lelaki sepertinya.
Kriiiiiiinggggg bel pulang pun berbunyi.Aku bergegas menuju pintu kelas untuk pulang bersama rena sahabatku. Terik panas dari matahari menemani perjalanan pulang kami berdua. Aku pun mengajak rena segera menuju parkiran yang biasanya dijadikan tempat tongkrongan oleh anak-anak kelasku. Saat sampai di parkiran rena memutuskan untuk ikut nongkrong dengan anak-anak kelas yang ada disana. Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan rena dan lebih memilih untuk pulang. Dengan keadaan lunglai aku berjalan ke halte bus didepan sekolahku.
Sepeti biasa tanganku tidak bisa lepas dari Hand Phone ku. Sambil menunggu angkot yang biasa aku naiki datang aku bermain HP. Tiba – tiba, kriiiing bunyi  tanda dari HPku jika ada sms masuk dan membubarkan lamunanku, aku membuka sms tersebut dan mulai membacanya. Ternyata sms tersebut dari diarto, nama yang aku tuliskan di kontak HPku untuknya.
“ka , bisa bantuin gue ga?” tulisan yang tertulis disms tersebut.
“bantuin apa io?” balasku.
“gue lagi ada masalah ni tapi ga bisa dijelasin lewat telpon atau sms, bisa ga ketemu?” balas diarto.
“penting banget masalahnya io? Sampe lewat telpon aja ga bisa?” balasku lagi.
“iya penting. Bisa ketemu ga?” jawab diarto.
“yaudah mau ketemu kapan dimana ?” balasku.
“hari minggu ya ka” jawab diarto.
Tibalah hari minggu, hari pertemuanku dengan diarto. Dengan muka malas aku berjalam menuju jalan yang biasa aku menunggu angkot. Beberapa menit kemudian handphone ku berbunyi, tanda ada sms masuk. Ternyata sms itu dari diarto.
“ka, lw dimana ? gue udah nyampe nii” tanya diarto.
“iya, bentar lagi nunggu angkot” jawabku.
Sesampainya ditempat yang sudah dijanjikan ternyata diarto sudah sampai dan sedang menungguku. Aku pun menghampirinya dengan muka yang penuh keringat karena udara hari itu sangat panas. Diarto melambaikan tangan kepadaku saat dia melihatku menghampirinya.
“apa kabar ka?” sapa diarto padaku.
“baik, lw?” Tanya ku padanya.
“baik juga, panas ya ka? Sampe keringat gitu” tanya diarto sambil mengelap muka ku yang keringatan dengan tangannya. Hal itu membuatku menjadi membeku ditempat, rasanya darah mengalir deras dalam tubuhku, jantungku berdegup sangat kencang.
“apa yang kau lakukan rio? mengapa kau berbuat seperti itu padaku?” teriakku dalam hati.
“keringet lw banyak, maaf ya udah bikin lw keluar rumah saat udaranya lagi panas kayak gini” kata diarto padaku.
“ooh eeh iya gapapa io” jawabku gugup.
Diarto mengajakku duduk di sebuah tempat makan dan menawariku memilih menu yang ada.
“mau pesen apa ki ?” tanya diarto sambil menunjukkan menunya.
“yang biasa aja io” jawabku.
Sambil menunggu pesanan kami datang, aku memulai pembicaraan dengannya.
“mau ngomongin apa io?” tanyaku padanya.
“oh, gini ka, sebenernya gw mau bikin novel. Lw kan bisa tuh. Bisa ga bantuin gw buatnya?” tanya diarto.
“apa ? Cuma gitu doang io ? kan itu bisa diomongin lewat telfon. Enggak harus jalan sejauh ini trus kepanasan gini kan ?” jawabku sambil terheran-heran dan kesal.
“ya maaf, aku kan juga pengen ketemu sama lw. Udah lama juga ga ketemu sambil ngobrol kayak gini” kata diarto dengan muka memelas.
“ya udahlah, udah ketemu juga. Terus sekarang gimana ?” tanya ku.
Sambil menghabiskan makanan yang tadi sudah dipesan dan sambil mengobrol, tidak terasa waktu berlalu sangat cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku memutuskan untuk pulang.
“Io, gw balik ya” kataku sambil menatap wajah diarto.
“kok balik ka ? buru-buru amat ?” Tanya diarto kaget.
“ia, udah sore juga, ga enak kalo pulang telat sama orang rumah” jawabku.
“yaudah gw anterin ya sampe rumah” kata diarto padaku.
“ga usah, ngerepotin lw ntar” jawabku.
“ga kok, ga enak juga kalo ngebiarin lw balik sendiri naek angkot” kata diarto padaku.
“yaudah tapi sampe gang aja ya, takut lwnya kejauhan ntar” jawabku.
“oh yaudah, ayo dah balik” kata diarto sambil mengambil helmnya.
Di perjalanan pulang kami keasikan mengobrol sampai tidak terasa sudah sampai di gang rumahku. Aku turun dari motor dan menucapkan terima kasih pada diarto.
“makasih ya io udah dianterin, hati-hati dijalan ya” kataku.
“iya sama-sama, yaudah gw balik ya” kata diarto. Aku menunggu sampai rio pergi dan sampai tak terlihat lagi. Dalam hatiku sedih rasanya harus berpisah dengannya. Tapi aku senang bisa bertemu dan mengobrol banyak bersamanya.
Aku berjalan pulang dengan wajah yang ceria. Sesampainya dirumah ibuku bertanya padaku.
“seneng banget mukanya, abis ketemu siapa si ?” Tanya ibu padaku.
“hah masa si ? perasaan biasa aja dah. Pengen tau banget ni ibu” jawabku sambil menyembunyikan wajah merah ku karena malu kaetahuan oleh ibu.
Aku masuk kekamar dan bersiap-siap untuk mandi. Saat berjalan ke kamar mandi aku masih teringat tentang hari ini dan tanpa sadar aku mulai senyum-senyum sendiri.
“tuh kan senyum-senyum sendiri” kata ibuku padaku. Aduh tertangkap basah oleh ibu kataku dalam hati.
Aku langsung buru-buru masuk kamar mandi dan mandi. Selesai mandi aku masuk kamar dan menyempatkan diri sebentar untuk mengecek HP apakah ada sms atau telfon.
Saat aku baru memegang HP, HP tersebut berbunyi dan memperlihatkan bahwa ada telfon masuk. Ternyata diarto menelfonku.
“tumben orang ini menelfonku” pikirku.
Aku pun menjawab panggilan telfon tersebut. Tapi tiba-tiba saja aku merasa gugup untuk menjawab telfon itu.
“hallo, assalamualaikum?” tanyaku.
“waalaikumsalam mika” jawab diarto.
“ia ada apa ya rio?” tanyaku.
“Cuma mau nanya aja kamu lagi apa?” tanya diarto.
“ya ampun, tumben banget kamu kayak gini. Sayang tau pulsanya kalo nelfon cuma nanya kayak gitu doang” jawabku.
“hehehe, abis pengen ngobrol sama kamu” katanya sambil tertawa.
Aku pun ikut tertawa karena mendengar jawabannya. Jawabannya membuatku merasa senang.
“jadi gimana ni rencana buat novelnya?” tanyaku padanya.
“ya itu gampang kan dibantuin sama kamu?” kata diarto
“oh yaudah si terserah kamu aja” jawabku.
Obrolan kami pun berlanjut sampai malam. Dan berlanjut dari hari ke hari. Kami berdua merasa semakin dekat dengan adanya proyek pembuatan novel ini. Aku tidak berharap banyak dari kedekatan kami ini. Mungkin tuhan punya rencana lain dari pertemuan kami ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar