Pertemuan Yang
Mengesankan
Hari
ini aku tak punya lagi pasangan atau bisa disebut single. Namun aku senang
punya teman baru walaupun kadang suka menjengkelkan dan jutek sama orang ini
karena teman baruku ini adalah sahabat dari mantan kekasihku. Dengan wajahku
yang pas-pasan ini aku memulai hidup tanpa seorang kekasih di sampingku
sekarang. Sedih sebenarnya karena sudah begitu lama mencintai seseorang lelaki
sepertinya.
Kriiiiiiinggggg
bel pulang pun berbunyi.Aku bergegas menuju pintu kelas untuk pulang bersama
rena sahabatku. Terik panas dari matahari menemani perjalanan pulang kami
berdua. Aku pun mengajak rena segera menuju parkiran yang biasanya dijadikan
tempat tongkrongan oleh anak-anak kelasku. Saat sampai di parkiran rena
memutuskan untuk ikut nongkrong dengan anak-anak kelas yang ada disana.
Akhirnya aku memutuskan untuk meninggalkan rena dan lebih memilih untuk pulang.
Dengan keadaan lunglai aku berjalan ke halte bus didepan sekolahku.
Sepeti
biasa tanganku tidak bisa lepas dari Hand Phone ku. Sambil menunggu angkot yang
biasa aku naiki datang aku bermain HP. Tiba – tiba, kriiiing bunyi tanda dari HPku jika ada sms masuk dan
membubarkan lamunanku, aku membuka sms tersebut dan mulai membacanya. Ternyata
sms tersebut dari diarto, nama yang aku tuliskan di kontak HPku untuknya.
“ka , bisa bantuin gue
ga?” tulisan yang tertulis disms tersebut.
“bantuin apa io?”
balasku.
“gue lagi ada masalah
ni tapi ga bisa dijelasin lewat telpon atau sms, bisa ga ketemu?” balas diarto.
“penting banget
masalahnya io? Sampe lewat telpon aja ga bisa?” balasku lagi.
“iya penting. Bisa
ketemu ga?” jawab diarto.
“yaudah mau ketemu
kapan dimana ?” balasku.
“hari minggu ya ka”
jawab diarto.
Tibalah
hari minggu, hari pertemuanku dengan diarto. Dengan muka malas aku berjalam menuju
jalan yang biasa aku menunggu angkot. Beberapa menit kemudian handphone ku
berbunyi, tanda ada sms masuk. Ternyata sms itu dari diarto.
“ka, lw dimana ? gue
udah nyampe nii” tanya diarto.
“iya, bentar lagi
nunggu angkot” jawabku.
Sesampainya
ditempat yang sudah dijanjikan ternyata diarto sudah sampai dan sedang
menungguku. Aku pun menghampirinya dengan muka yang penuh keringat karena udara
hari itu sangat panas. Diarto melambaikan tangan kepadaku saat dia melihatku
menghampirinya.
“apa kabar ka?” sapa
diarto padaku.
“baik, lw?” Tanya ku
padanya.
“baik juga, panas ya
ka? Sampe keringat gitu” tanya diarto sambil mengelap muka ku yang keringatan
dengan tangannya. Hal itu membuatku menjadi membeku ditempat, rasanya darah
mengalir deras dalam tubuhku, jantungku berdegup sangat kencang.
“apa yang kau lakukan
rio? mengapa kau berbuat seperti itu padaku?” teriakku dalam hati.
“keringet lw banyak,
maaf ya udah bikin lw keluar rumah saat udaranya lagi panas kayak gini” kata
diarto padaku.
“ooh eeh iya gapapa io”
jawabku gugup.
Diarto mengajakku duduk
di sebuah tempat makan dan menawariku memilih menu yang ada.
“mau pesen apa ki ?”
tanya diarto sambil menunjukkan menunya.
“yang biasa aja io”
jawabku.
Sambil menunggu pesanan
kami datang, aku memulai pembicaraan dengannya.
“mau ngomongin apa io?”
tanyaku padanya.
“oh, gini ka,
sebenernya gw mau bikin novel. Lw kan bisa tuh. Bisa ga bantuin gw buatnya?”
tanya diarto.
“apa ? Cuma gitu doang
io ? kan itu bisa diomongin lewat telfon. Enggak harus jalan sejauh ini trus
kepanasan gini kan ?” jawabku sambil terheran-heran dan kesal.
“ya maaf, aku kan juga
pengen ketemu sama lw. Udah lama juga ga ketemu sambil ngobrol kayak gini” kata
diarto dengan muka memelas.
“ya udahlah, udah
ketemu juga. Terus sekarang gimana ?” tanya ku.
Sambil
menghabiskan makanan yang tadi sudah dipesan dan sambil mengobrol, tidak terasa
waktu berlalu sangat cepat. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Aku
memutuskan untuk pulang.
“Io, gw balik ya”
kataku sambil menatap wajah diarto.
“kok balik ka ?
buru-buru amat ?” Tanya diarto kaget.
“ia, udah sore juga, ga
enak kalo pulang telat sama orang rumah” jawabku.
“yaudah gw anterin ya
sampe rumah” kata diarto padaku.
“ga usah, ngerepotin lw
ntar” jawabku.
“ga kok, ga enak juga
kalo ngebiarin lw balik sendiri naek angkot” kata diarto padaku.
“yaudah tapi sampe gang
aja ya, takut lwnya kejauhan ntar” jawabku.
“oh yaudah, ayo dah
balik” kata diarto sambil mengambil helmnya.
Di
perjalanan pulang kami keasikan mengobrol sampai tidak terasa sudah sampai di
gang rumahku. Aku turun dari motor dan menucapkan terima kasih pada diarto.
“makasih ya io udah
dianterin, hati-hati dijalan ya” kataku.
“iya sama-sama, yaudah
gw balik ya” kata diarto. Aku menunggu sampai rio pergi dan sampai tak terlihat
lagi. Dalam hatiku sedih rasanya harus berpisah dengannya. Tapi aku senang bisa
bertemu dan mengobrol banyak bersamanya.
Aku berjalan pulang
dengan wajah yang ceria. Sesampainya dirumah ibuku bertanya padaku.
“seneng banget mukanya,
abis ketemu siapa si ?” Tanya ibu padaku.
“hah masa si ? perasaan
biasa aja dah. Pengen tau banget ni ibu” jawabku sambil menyembunyikan wajah
merah ku karena malu kaetahuan oleh ibu.
Aku
masuk kekamar dan bersiap-siap untuk mandi. Saat berjalan ke kamar mandi aku
masih teringat tentang hari ini dan tanpa sadar aku mulai senyum-senyum
sendiri.
“tuh kan senyum-senyum
sendiri” kata ibuku padaku. Aduh tertangkap basah oleh ibu kataku dalam hati.
Aku
langsung buru-buru masuk kamar mandi dan mandi. Selesai mandi aku masuk kamar
dan menyempatkan diri sebentar untuk mengecek HP apakah ada sms atau telfon.
Saat
aku baru memegang HP, HP tersebut berbunyi dan memperlihatkan bahwa ada telfon
masuk. Ternyata diarto menelfonku.
“tumben orang ini menelfonku”
pikirku.
Aku
pun menjawab panggilan telfon tersebut. Tapi tiba-tiba saja aku merasa gugup
untuk menjawab telfon itu.
“hallo,
assalamualaikum?” tanyaku.
“waalaikumsalam mika”
jawab diarto.
“ia ada apa ya rio?”
tanyaku.
“Cuma mau nanya aja
kamu lagi apa?” tanya diarto.
“ya ampun, tumben
banget kamu kayak gini. Sayang tau pulsanya kalo nelfon cuma nanya kayak gitu
doang” jawabku.
“hehehe, abis pengen
ngobrol sama kamu” katanya sambil tertawa.
Aku
pun ikut tertawa karena mendengar jawabannya. Jawabannya membuatku merasa
senang.
“jadi gimana ni rencana
buat novelnya?” tanyaku padanya.
“ya itu gampang kan
dibantuin sama kamu?” kata diarto
“oh yaudah si terserah
kamu aja” jawabku.
Obrolan
kami pun berlanjut sampai malam. Dan berlanjut dari hari ke hari. Kami berdua
merasa semakin dekat dengan adanya proyek pembuatan novel ini. Aku tidak
berharap banyak dari kedekatan kami ini. Mungkin tuhan punya rencana lain dari
pertemuan kami ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar