Kamis, 02 Mei 2013

My First Love Part 2


My First Love
Part 2
Kisah cinta monyetku ini berlanjut sampai aku duduk di sekolah tinggi menengah atas (SMA). Terkadang aku masih memikirkan cinta pertamaku itu. Masih mencari informasi lebih tentangnya. Berharap bisa bertemu dan berkenalan secara resmi dengannya. Waktu terus berjalan sampai aku menemukan cinta yang lain di masa SMA ku ini. Aku menjalani hubungan dengan teman satu sekolahku tapi berbeda kelas. Aku berusaha untuk melupakan sejenak tentang cinta pertamaku dan melihat pada orang yang ada disampingku sekarang yang menjadi kekasihku sekarang.
Sudah hampir satu tahun setelah aku lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) dan sudah lama juga aku meninggalkan kenangan tentang cinta pertamaku di bangku SMP itu. Aku mulai mengenang kembali masa-masa SMP ku itu. Aku mengenang bagaimana aku menjalani setengah hariku di sekolah. Menghabiskan waktu bersama teman-teman, bergosip tentang laki-laki yang kami idamkan, mengenang bagaimana reaksi dari masing-masing kami jika melihat laki-laki idaman kami lewat dihadapkan kami. Itu membuatku tertawa sendiri jika mengenang masa itu.
Aku diam-diam masih memikirkan cinta pertamaku padahal aku sudah mempunyai kekasih. Cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Selama aku menjalani pendidikan di SMA aku tidak pernah bertemu dengan Rio. Aku selalu berharap jika melewati depan rumahnya dan berharap dia sedang berdiri dihalamannya. Namun sayang, aku tidak pernah melihatnya.
Sudah tiga tahun berjalan, aku pun lulus dari sekolah menengah atas. Kelulusan menghentikan kegiatan-kegiatan belajar di kelas, menghentikan kebersamaan kelas, menghentikan kegiatan dikantin sekolah, dll. Kelulusan ini juga menghentikan hubunganku dengan kekasihku. Kami mencoba bertahan selama tiga tahun kebersamaan kami, tapi apadaya waktu telah merusak semuanya. Kami berpisah setelah pengumuman kelulusan. Aku kecewa dengan keputusan ini tapi bagaimana lagi, sudah tidak ada rasa nyaman lagi dalam menjalani hubungan kami ini.
Dengan berlalunya waktu dari masa SMA masuk ke dalam dunia perkuliahan. Aku memutuskan untuk berkuliah di sebuah perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta. Tahun pertama aku masih focus pada kuliah dan melupakan sejenak tentang cinta dan pasangan. Aku meninggalkan sejenak tentang dunia maya. Aku menonaktifkan akun facebook ku.
Tapi saat aku membuka akun tersebut ada notification dari teman lama ku di SD. Teman SD ku ini adalah teman dari Rio. dari situ timbullah rasa ingin tahu lagi tentang Rio. Aku mulai mendekati temanku ini dan mulai bertanya tentang Rio. Aku menanyakan apakah dia masih suka kumpul bersama Rio. Dan ternyata memang kalo jodoh itu tidak kemana, aku mendapatkan alamat akun facebook Rio dan memulai pertemanan dengannya. Aku melihat foto profilnya, tidak banyak yang berubah dari wajahnya, namun sekarang dia sudah tampak dewasa dengan bulu-bulu kecil yang timbuh di dagunya. Senang bisa melihat wajah dan bibirnya yang kecil. Jantungku mulai berdegup, dan mulai merasakan rasa itu kembali. Aku merasa kembali ke perasaanku dulu saat aku bertemu pertama kali dengannya. Aku mulai berpikir, apakah ini petunjuk dari yang diatas tentang hubungan ku dengannya. Aku mulai merasa ragu dengan diriku ini. Aku bingung memulai darimana saat aku sudah bisa lebih dekat dengannya.
Apakah aku yang harus memulai pembicaraan dengannya ?. Aku tidak mampu berkata-kata saat dia sudah ada dalam pertemanan denganku. Aku hanya bisa melihat timelinenya, berharap tidak ada pesan dari seorang yang dekat dengannya. Aku berharap dia belum mempunyai seorang kekasih. Aku senang mempunyai akun facebooknya, aku jadi bisa melihat foto-fotonya. Senang bisa melihat wajahnya yang begitu misterius dan senyum kecil diwajahnya.
Waktu sudah berjalan lebih dari enam bulan setelah aku berteman dengan Rio di facebook. Aku masih belum bisa memberanikan diri untuk menyapanya lewat facebook. Aku masih malu dan takut jika dia tidak membalasnya. Aku berharap kalo dia mengenaliku. Namun sepertinya dia tidak sadar akan kehadiranku.
Waktu terus berlalu, dan aku akhirnya memutuskan untuk men-chat Rio saat dia juga sedang on chat nya. “ hai rio”, itulah yang aku ucapkan padanya. Dengan jantung berdegup kencang menunggu balasan darinya. Detik demi detik berlalu, menit demi menit pun berlalu, harapan ku untuk mendapat balasan darinya pun mulai berkurang. Rasanya ingin marah karena dia sombong, tidak membalas chat-anku.
Aku pun menyesal telah memulai menyapanya lebih dulu. Malu rasanya. Tidak berani lagi untuk berbicara dengannya lewat chat jika dia aktif chat-nya. Aku pun mulai ragu dengan keyakinanku tentang kalo kami ini jodoh. Aku benar-benar putus asa saat itu.
Aku mulai melupakan kejadian itu, dan tidak pernah berharap lagi dari chat-anku padanya. Aku juga tidak berharap banyak saat aku melewati depan rumahnya dan melihatnya ada disana. Namun tuhan berkata lain, aku melihatnya sedang membeli jajanan tahu gejrot di depan rumahnya. Dalam sekejap, muncul pikiran untuk menjadikan alasan ini untuk mengchat-nya lagi. Setelah sampai dirumah aku langsung membuka laptop dan me-login facebook dan berharap rio sedang on chat-nya. Aku terus berharap kalo dia akan on walaupun tidak saat itu juga. Setelah ditunggu akhirnya dia on chat-nya. Dan tanpa berpikir lagi, jari-jari ku ini mulai mengetik beberapa kalimat. “tadi beli tahu gejrot buat siapa?”, tulisku untuknya.
Tanpa aku harapkan, dia membalas chat ku ini, “iya, buat keponakan. Tadi lewat ya ?” jawab Rio padaku. Betapa senangnya melihat chat ku dibalas oleh rio. aku tersenyum senang tidak percaya. Jariku gemetaran ingin membalas chat-nya. Akhirnya aku kuatkan diriku dan mulai mengetik lagi, “iya tadi lewat, buat anaknya mba eka?” jawabku.
“iya,buat anaknya mba eka, rul” jawabnya. Aku terpaku melihat kata terakhir yang ditulinya. “rul”, begitu dia memanggil namaku. Entah aku harus marah atau senang karena dia memanggilku “rul”. Ada rasa senang yang berlebihan pada diriku, senang karena ini pertama kalinya dia memanggil namaku. Akhirnya aku memulai pembicaraan ini dengan pertanyaan yang menurutku memang tidak perlu, tapi jika untuk bisa mengobrol bersama rio, aku memulainya duluan. “alumni 217 ya?” tanyaku.
“iya, kok tau?” jawab rio padaku. Aku pun membalasnya lagi, “iya tau, gw kan ade kelas lw di 217” balasku.
“hah ? gw baru tau kalo lw alumni kc” katanya. “iya, gw dua tahun dibawah lw tapi” balasku. “kok gw ga sadar ya kalo lw alumni kc juga” kata rio.
“lw tau gw?” tanyaku. “iya tau, adenya temen mba eka kan?” jawab rio.
Aku kaget karena dia tahu siapa diriku, “kok tahu darimana?” tanyaku. “tahu kalo lw adenya temennya mba eka” jawab rio. “oh, gw kira lw tau gw karna sering liat gw di 217”, jawabku sambil menghela napas karena kecewa.
Pembicaraan pun selesai sampai disitu, tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan padanya. Jawaban terakhirnya membuatku lemas dan sudah ingin segera mematikan laptop rasanya.
Tapi aku merasa senang dengan terbalasnya chat ku. Aku merasa senang, karena dia tahu sedikit tentang diriku ini. Aku berharap jika memang kami berjodoh, tuhan akan memberikan jalan yang lebih dekat lagi pada kami selain melalui facebook. Aku masih menjadikannya cinta pertamaku dan aku tidak akan pernah bisa mengeluarkannya dari ingatanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar