My
First Love
Part
2
Kisah
cinta monyetku ini berlanjut sampai aku duduk di sekolah tinggi menengah atas
(SMA). Terkadang aku masih memikirkan cinta pertamaku itu. Masih mencari informasi
lebih tentangnya. Berharap bisa bertemu dan berkenalan secara resmi dengannya.
Waktu terus berjalan sampai aku menemukan cinta yang lain di masa SMA ku ini.
Aku menjalani hubungan dengan teman satu sekolahku tapi berbeda kelas. Aku berusaha
untuk melupakan sejenak tentang cinta pertamaku dan melihat pada orang yang ada
disampingku sekarang yang menjadi kekasihku sekarang.
Sudah
hampir satu tahun setelah aku lulus dari sekolah menengah pertama (SMP) dan
sudah lama juga aku meninggalkan kenangan tentang cinta pertamaku di bangku SMP
itu. Aku mulai mengenang kembali masa-masa SMP ku itu. Aku mengenang bagaimana
aku menjalani setengah hariku di sekolah. Menghabiskan waktu bersama
teman-teman, bergosip tentang laki-laki yang kami idamkan, mengenang bagaimana
reaksi dari masing-masing kami jika melihat laki-laki idaman kami lewat
dihadapkan kami. Itu membuatku tertawa sendiri jika mengenang masa itu.
Aku
diam-diam masih memikirkan cinta pertamaku padahal aku sudah mempunyai kekasih.
Cinta pertama memang sulit untuk dilupakan. Selama aku menjalani pendidikan di
SMA aku tidak pernah bertemu dengan Rio. Aku selalu berharap jika melewati
depan rumahnya dan berharap dia sedang berdiri dihalamannya. Namun sayang, aku
tidak pernah melihatnya.
Sudah
tiga tahun berjalan, aku pun lulus dari sekolah menengah atas. Kelulusan menghentikan
kegiatan-kegiatan belajar di kelas, menghentikan kebersamaan kelas,
menghentikan kegiatan dikantin sekolah, dll. Kelulusan ini juga menghentikan
hubunganku dengan kekasihku. Kami mencoba bertahan selama tiga tahun
kebersamaan kami, tapi apadaya waktu telah merusak semuanya. Kami berpisah
setelah pengumuman kelulusan. Aku kecewa dengan keputusan ini tapi bagaimana
lagi, sudah tidak ada rasa nyaman lagi dalam menjalani hubungan kami ini.
Dengan
berlalunya waktu dari masa SMA masuk ke dalam dunia perkuliahan. Aku memutuskan
untuk berkuliah di sebuah perguruan tinggi swasta yang ada di Jakarta. Tahun pertama
aku masih focus pada kuliah dan melupakan sejenak tentang cinta dan pasangan. Aku
meninggalkan sejenak tentang dunia maya. Aku menonaktifkan akun facebook ku.
Tapi
saat aku membuka akun tersebut ada notification dari teman lama ku di SD. Teman
SD ku ini adalah teman dari Rio. dari situ timbullah rasa ingin tahu lagi
tentang Rio. Aku mulai mendekati temanku ini dan mulai bertanya tentang Rio. Aku
menanyakan apakah dia masih suka kumpul bersama Rio. Dan ternyata memang kalo
jodoh itu tidak kemana, aku mendapatkan alamat akun facebook Rio dan memulai
pertemanan dengannya. Aku melihat foto profilnya, tidak banyak yang berubah
dari wajahnya, namun sekarang dia sudah tampak dewasa dengan bulu-bulu kecil
yang timbuh di dagunya. Senang bisa melihat wajah dan bibirnya yang kecil. Jantungku
mulai berdegup, dan mulai merasakan rasa itu kembali. Aku merasa kembali ke
perasaanku dulu saat aku bertemu pertama kali dengannya. Aku mulai berpikir,
apakah ini petunjuk dari yang diatas tentang hubungan ku dengannya. Aku mulai
merasa ragu dengan diriku ini. Aku bingung memulai darimana saat aku sudah bisa
lebih dekat dengannya.
Apakah
aku yang harus memulai pembicaraan dengannya ?. Aku tidak mampu berkata-kata saat
dia sudah ada dalam pertemanan denganku. Aku hanya bisa melihat timelinenya,
berharap tidak ada pesan dari seorang yang dekat dengannya. Aku berharap dia
belum mempunyai seorang kekasih. Aku senang mempunyai akun facebooknya, aku
jadi bisa melihat foto-fotonya. Senang bisa melihat wajahnya yang begitu
misterius dan senyum kecil diwajahnya.
Waktu
sudah berjalan lebih dari enam bulan setelah aku berteman dengan Rio di
facebook. Aku masih belum bisa memberanikan diri untuk menyapanya lewat
facebook. Aku masih malu dan takut jika dia tidak membalasnya. Aku berharap
kalo dia mengenaliku. Namun sepertinya dia tidak sadar akan kehadiranku.
Waktu
terus berlalu, dan aku akhirnya memutuskan untuk men-chat Rio saat dia juga
sedang on chat nya. “ hai rio”, itulah yang aku ucapkan padanya. Dengan jantung
berdegup kencang menunggu balasan darinya. Detik demi detik berlalu, menit demi
menit pun berlalu, harapan ku untuk mendapat balasan darinya pun mulai berkurang.
Rasanya ingin marah karena dia sombong, tidak membalas chat-anku.
Aku
pun menyesal telah memulai menyapanya lebih dulu. Malu rasanya. Tidak berani
lagi untuk berbicara dengannya lewat chat jika dia aktif chat-nya. Aku pun
mulai ragu dengan keyakinanku tentang kalo kami ini jodoh. Aku benar-benar
putus asa saat itu.
Aku
mulai melupakan kejadian itu, dan tidak pernah berharap lagi dari chat-anku
padanya. Aku juga tidak berharap banyak saat aku melewati depan rumahnya dan
melihatnya ada disana. Namun tuhan berkata lain, aku melihatnya sedang membeli
jajanan tahu gejrot di depan rumahnya. Dalam sekejap, muncul pikiran untuk
menjadikan alasan ini untuk mengchat-nya lagi. Setelah sampai dirumah aku
langsung membuka laptop dan me-login facebook dan berharap rio sedang on
chat-nya. Aku terus berharap kalo dia akan on walaupun tidak saat itu juga. Setelah
ditunggu akhirnya dia on chat-nya. Dan tanpa berpikir lagi, jari-jari ku ini
mulai mengetik beberapa kalimat. “tadi beli tahu gejrot buat siapa?”, tulisku
untuknya.
Tanpa
aku harapkan, dia membalas chat ku ini, “iya, buat keponakan. Tadi lewat ya ?”
jawab Rio padaku. Betapa senangnya melihat chat ku dibalas oleh rio. aku
tersenyum senang tidak percaya. Jariku gemetaran ingin membalas chat-nya. Akhirnya
aku kuatkan diriku dan mulai mengetik lagi, “iya tadi lewat, buat anaknya mba
eka?” jawabku.
“iya,buat
anaknya mba eka, rul” jawabnya. Aku terpaku melihat kata terakhir yang
ditulinya. “rul”, begitu dia memanggil namaku. Entah aku harus marah atau
senang karena dia memanggilku “rul”. Ada rasa senang yang berlebihan pada
diriku, senang karena ini pertama kalinya dia memanggil namaku. Akhirnya aku
memulai pembicaraan ini dengan pertanyaan yang menurutku memang tidak perlu,
tapi jika untuk bisa mengobrol bersama rio, aku memulainya duluan. “alumni 217
ya?” tanyaku.
“iya,
kok tau?” jawab rio padaku. Aku pun membalasnya lagi, “iya tau, gw kan ade kelas
lw di 217” balasku.
“hah
? gw baru tau kalo lw alumni kc” katanya. “iya, gw dua tahun dibawah lw tapi”
balasku. “kok gw ga sadar ya kalo lw alumni kc juga” kata rio.
“lw
tau gw?” tanyaku. “iya tau, adenya temen mba eka kan?” jawab rio.
Aku
kaget karena dia tahu siapa diriku, “kok tahu darimana?” tanyaku. “tahu kalo lw
adenya temennya mba eka” jawab rio. “oh, gw kira lw tau gw karna sering liat gw
di 217”, jawabku sambil menghela napas karena kecewa.
Pembicaraan
pun selesai sampai disitu, tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan padanya. Jawaban
terakhirnya membuatku lemas dan sudah ingin segera mematikan laptop rasanya.
Tapi
aku merasa senang dengan terbalasnya chat ku. Aku merasa senang, karena dia
tahu sedikit tentang diriku ini. Aku berharap jika memang kami berjodoh, tuhan
akan memberikan jalan yang lebih dekat lagi pada kami selain melalui facebook. Aku
masih menjadikannya cinta pertamaku dan aku tidak akan pernah bisa
mengeluarkannya dari ingatanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar